Kuy Ikuti Diskusi Buku Muslimah Reformis oleh Musdah Mulia

Isa Oktaviani
By -
0

Kuy Ikuti Diskusi Buku Muslimah Reformis oleh Musdah Mulia


Latar Belakang

Konservatisme beragama, kini kian menjadi sumber optimisme sekaligus kecemasan. Dalam konteks agama, ia dipahami sebagai keinginan untuk mempertahankan doktrin “murni” yang berasal dan dipraktikkan pembawa ajaran beratus tahun silam. Agama yang mengedepankan ajaran konservatif, radikal dan intoleran secara tidak kita sadari telah menjadi konsumsi dalam kehidupan sehari-hari bahkan pada pelajaran di sekolah. Namun, tentu tidak mudah mendobrak paham yang telah menjadi doktrin turun-temurun. Ajaran ini kemudian membawa manusia dalam perpecahan, karena mulai hilangnya sikap saling menghargai perbedaan dan toleransi. 



Sementara itu, Indonesia yang kaya akan keberagaman suku, agama dan kepercayaan, kadang kala menjadi sebuah tempat yang kurang humanis bagi satu sama lain. Terbukti pada konflik yang pernah terjadi di Pontianak beberapa tahun silam. Konflik antar kelompok yang kemudian membawa agama sebagai dalih kesatuan untuk saling memecah. 


Sebagai Negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, masyarakat Indonesia memiliki sensitivitas tersendiri terhadap agama ini. Bahkan, tak jarang Islam yang sebenarnya juga beragam, mendapatkan pandangan yang buruk. Sikap-sikap seperti ini terus tumbuh subur karena kurangnya dialog antar masyarakat dan banyaknya berita bohong yang tersebar lewat media social. 


Perjuangan untuk mempersatukan kembali tentu tak mudah, kita perlu sinergi dari semua pihak, dan dalam hal ini perempuan memiliki peran penting dalam mewujudkannya. Upaya perwujudan tak bisa lepas dari kemampuan seorang perempuan dalam mengolah informasi, maka dalam hal ini pendidikan menjadi kunci dalam keterlibatannya. Namun, pada realita yang ada, masih banyak perempuan yang tak mengenyam bangku Pendidikan.  Apalagi ditambah dengan pemikiran  sebagian perempuan yang masih mengedepankan konservatisme agama.


Jika merunut pada konservatisme agama, dalam hal ini perempuan Muslim, seorang perempuan sholeha sering digambarkan sebagai orang yang pasrah, tidak banyak bicara, padahal ini ialah pemahaman yang keliru. Konsep muslimah sejatinya terletak pada keterlibatannya dalam lingkungan sosial, aktif dan penuh empati. Muslimah sendiri memiliki makna damai, tenang, aman dan sejahtera.


Semangat untuk menumbuhkan rasa saling toleransi dan mempelajari pemahaman pada kacamata Islam seperti gagasan dalam buku inilah yang coba didiskusikan oleh Satu dalam Perbedaan (SADAP) Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Suar Asa Khatulistiwa melalui kegiatan  bedah buku “Muslimah Reformis”, yang didukung oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) dan Muslimah Reformis (MR).


Tujuan

Adapun tujuan dari bedah buku ini adalah sebagai berikut:

  • Menumbuhkan rasa toleransi untuk mewujudkan Pontianak yang damai.
  • Perspektif islam dalam menilai berbagai aspek seperti pernikahan, pendidikan, dan kesetaraan gender
  • Menumbuhkan kepekaan anak muda untuk memahami HAM, Kesetaraan gender dari agama yang dianut serta pentingnya budaya damai bagi generasi millenial


Waktu dan Tempat

Hari : Rabu, 9 September 2020 

Waktu : Pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB

Tempat : zoom meeting


Narasumber

  • Prof. Dr. Musdah Mulia (Penulis Buku Muslimah Reformis).
  • Subandri Simbolon (Dosen Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak)
  • Aseanty Pahlevi (Jurnalis dan Aktivis Perempuan)
Moderator : Isa Oktaviani

Daftarkan dirimu di link ini

bit.ly/WebinarMuslimahReformis

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)