Komunitas Vibrasi Positif 10.01 Berbagi di Pesantren Fatihatul Quran

Isa Oktaviani
By -
0

Komunitas Vibrasi Positif 10.01 Berbagi di Pesantren Fatihatul Quran


Datang ke pesantren di suguhi lagu blackpink dan dangdut koplo, yang benar saja. Minimal main rebana atau pengajianlah ketika menyambut tamu. Itu adalah pikiranku ketika menyaksikan beragam penampilan dari anak-anak pesantren Fatuhatui Quran. Semua mata hanya terfokus dipanggung ketika dua anak laki-laki memainkan parodi dari musik yang diputar lalu ditambah dengan tarian yang boleh dibilang sangat modern. Secara bergantian mereka menapilkan kebolehannya, membaca puisi, menari dengan iringan musik yang kekinian dan ada juga penampilan biola semakin menambah suasana makin hangat. Sambutan dan penampilan yang sangat berbeda itu ditunjukkan oleh anak-anak pesantren untuk semua tamu yang hadir pada kegiatan Silaturahmi Komunitas Vibrasi Positif 10.01 di Pesantren Fatuhatul Quran, Minggu (06/09).

Pesantren Fatihatul Quran memang sebuah pesantren yang berbeda dengan biasanya yang ditekankan adalah toleransi dan kemanusiaan. Di sini tidak hanya belajar pendalaman agama tetapi juga pendalaman segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Ustaz Nurcholish menceritakan semangat membangun pesantren tersebut, dimana pendirinya adalah sahabatnya sendiri, Alm. Ustaz Muhammad Monib. Ketika itu, kedua sahabat ini masih sama-sama di Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) yang mana Alm. Ust. Muh. Monib menjabat sebagat direktur. Dalam diskusinya, Ust. Nurcholish dan Alm. Ust. Muh. Munif ingin membangun ruang lain untuk menanamkan nilai toleransi. “Kalau di ICRP, memang kegiatan kita lebih fokus di isu toleransi. Tapi kami berpikir bahwa tidak cukup hanya di situ saja, maka sebagai akademisi, kami berdua sepakat untuk menyebarkan nilai toleransi di dunia pendidikan maka tercetuslah pesantren ini,” kata Ust. Nurcholish.


Nurcholish menambahkan, sebelum meninggal dunia, Alm. Ust. Muh, Monib ingin terus membangun pesantren ini dengan ketulusan dan niat berbagi, bukan untuk bisnis. Tidak heran jika anak-anak yang masuk ke pesantren tersebut kebanyakan anak yang kurang mampu, ada juga yang tidak ada orang tua atau hanya ada ibu saja, bahkan ada pula diambil dari jalanan. Kini, anak-anak tersebut tumbuh bersama dengan nilai-nilai toleransi, memanusiakan manusia. “Di sini juga tidak hanya belajar alquran, tetapi anak-anak dibekali dengan berbagai keahlian, misalnya mereka ada belajar musik maupun desain grafis,” tambah Ust. Nurcholish.


Semangat berbagi pula yang mengantarkan Komunitas Vibrasi Positif 10.01 datang ke Pesantren Fatuhatul Quran untuk membagikan semangat kebaikan bersama anak-anak. Setelah mendengar cerita anak pesantren kebanyakan yatim membuat haru founder komunitas, Tommy Wong. “Kita tidak bisa memilih untuk menjadi anak yatim, tetapi kita bisa memilih untuk terus bahagia dengan cara tersenyum,” kata Tommy Wong yang juga seorang pengusaha serta motivasi di Indonesia.


Tommy juga memberikan motivasi kepada anak-anak agar tetap semangat belajarnya dan nantinya bisa menjadi orang yang berhasil. Tidak hanya menjadi orang kaya, tetapi juga harus memiliki hati yang tulus dan mau berbagi dengan sesama. “Ko Tommy juga anak yatim tetapi terus bekerja keras agar bisa berhasil. Kalian tau nggak, ketika Ko Tommy bangkrut 2017 lalu, Koko didoakan oleh Pak Haji dan itu salahsatu kenapa Ko Tommy bisa berhasil hingga hari ini,” kata Tommy. 


Dia menekankan kepada anak-anak pesantren ini untuk memiliki semangat berbagi cinta kasih tanpa memandang dari agama atau sukunya dan terus meningkatkan skill agar nantinya dapat digunakan ketika keluar dari pesantren. Dalam kegiatan tersebut, komunitas Vibrasi Positif 10.01 membagikan alat olahraga, alat tulis dan juga tenda agar dapat menunjang aktivitas sehari-hari di Pesantren Fatuhatul Quran.


Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)