Nanda
adalah satu diantara murid SD
Negeri 28 Batu Ampar, Desa Sumber Agung, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pagi-pagi sekali Nanda sudah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
Meski saat itu hujan terus membasahi bumi sehingga jalanpun menjadi becek. Tapi
keadaan ini tidak melemahkan semangat Nanda melangkahkan kaki demi setetes ilmu
yang akan diterimanya.
Nanda
pun langsung berangkat hingga rumah mulai sepi. Wajar saja, pagi buta ibu nya
sudah berangkat menjadi buruh lepas di salah satu perusahaan sawit didaerahnya.
Namun sayang, semangat Nanda nyaris berbanding terbalik dengan ketersediaan
guru pengajar di sekolahnya. Untuk memberi bekal kepada penerus bangsa, guru
yang tersedia hanya 6 orang saja. Dengan jumlah yang terbilang sangat sedikit,
guru-guru ini juga harus digilir dengan SMP Mukti Tama. Menurut warga sekitar,
kepala sekolah SD dan SMP itu bisa menjadi satu, karena kurangnya tenaga
pengajar yang tersedia. Nanda dan teman-teman diharuskan masuk pagi, karena
siangnya guru harus mengajar di SMP.
Tepat
pada 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Banyak harapan
yang dituangkan oleh setiap elemen masyarakat demi kemajuan pendidikan dibumi
pertiwi ini. Namun, harapan tinggallah harapan, kenyataan masih saja kita jauh
tertinggal dari negara lain. Nanda dan teman – temannya di SD Negeri 28 Batu
Ampar hanyalah bagian kecil dari siswa yang kekurangan guru. Ditempat lain pun
mengalami hal serupa, banyak sekolah yang memiliki tenaga pengajar seadanya. Karena
pada dasarnya Kalimantan Barat memang kekurangan tenaga pengajar, baik tingkat
SD, SMP hingga SMA.
Jika
dilihat dari Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat yang kemudian diolah oleh
Mimbar Untan menyebutkan, bahwa guru yang tersedia di Kabupaten Kubu Raya,
untuk tingkat SD sebanyak 2.753 orang dengan jumlah murid 60.704 orang,
sementara idealnya guru yang diperlukan untuk mengajar siswa SD sekitar 2.848
orang. Kemudian tingkat SMP, guru yang ada hanya 728 orang dengan murid 18.155
orang, padahal guru yang seharusnya mengajar sebanyak 1.445 orang. Hal ini
memperlihatkan bahwa di Kabupaten Kubu Raya masih diperlukan tambahan tenaga
pengajar.
Padahal,
setiap tahunnya perguruan tinggi di Kalbar selalu mencetak lulusan terbanyak
dengan jurusan tenaga pengajar. Misalnya saja Universitas Tanjungpura (Untan),
dalam setahun akan mewisuda setidaknya 700 hingga 800 orang calon guru
professional. Kekurangan tenaga pengajar
ini tidak terlepas dari tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah. Kedua
pemangku kepentingan ini diharapkan duduk bersama untuk memetakan keperluan
guru di Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Kubu Raya.
Hal
ini diperlukan karena pemerintah pusat sudah mengambil alih semuanya. Sementara
kebutuhan daerah tidak diperhatikan. Kepala Persatuan Guru Republik Indonesia
Kalimantan Barat, Samion tidak menampik hal ini. Menurutnya, pemerintah pusat
seakan tidak ambil pusing dengan permasalahan yang dialami oleh daerah. “Selama
inikan semua sudah diambil oleh pusat. Pusat tidak mau tahu apa kepentingan
daerah. Baik daerah teriak – teriak bagaiamanpun kalau udah berkaitan dengan
dana habis cerita,” paparnya.
Namun,
kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang berpihak pada kemajuan pendidikan
masih selalu kita tunggu. Kembalinya para calon guru yang telah menyelesaikan
pendidikan pun tetap dirindukan untuk mengabdi didaerah asalnya.
Semoga
para pemangku kepentingan dan juga guru muda saling bahu membahu membentuk
generasi bangsa yang lebih baik.
Semoga
:)
“One child, one teacher, one pen and
one book can change the world – Malala Yousafzai - “
Post a Comment
0Comments