Pohon Natal Tak Terlihat di Pendopo Gubernur, Ada Masalah ?

Isa Oktaviani
By -
4
Natal Untan 2014

Aroma Natal semakin kuat tercium, dimana-mana pohon Natal berdiri kokoh sebagai tanda hari bahagia itu segera tiba. Lagu-lagu khas Natal juga selalu menghiasi gendang telinga dimanapun berada, terkhusus tempat umum.

Natal merupakan hari yang ditunggu-tunggu penuh sukacita oleh umat Nasrani di seluruh dunia. Hari kelahiran Sang Juruselamat ini menjadi ajang refleksi diri untuk menyambut kelahiran penebus. Banyak hal yang biasa dilakukan untuk menyambut hari besar ini, mulai dari refleksi segala perbuatan hingga hubungan dengan sesama dan Tuhan.

Sejatinya, Natal adalah waktu terbaik untuk silaturahmi dengan sanak saudara. Di sinilah kita menikmati indahnya bersama, hangatnya tertawa dengan sedulur. Nikmat Natal adalah bersyukur kepada Tuhan karena rela hadir ke dunia untuk menebus dosa manusia. Natal kita sekarang menjadi kesempatan bersyukur kepada Sang Esa dan juga untuk berjumpa dengan orang-orang yang kita kasihi.

Tapi, beberapa hari lalu, khususnya di Kalimantan Barat ada kabar kurang enak. Bukan untuk sukacita, tetapi tidak hadirnya pohon Natal di depan pendopo Gubernur menjadi sebuah masalah bagi beberapa pihak. Kenapa? Alasannya adalah, setiap tahun selalu ada pohon hijau dengan segala pernak pernik menjulang kokoh di halaman rumah rakyat Kalbar itu dan biasanya dua minggu menjelang Natal tiba sudah terpasang.

Pohon tersebut dihiasi dengan ucapan Selamat Natal 25 Desember 2017 dan Tahun Baru 1 Januari 2018. Setidaknya begitu yang ada di tahun lalu. Lantas, ketiadaan yang biasanya tersebut di tahun ini menjadi pemandangan janggal.

Di sinilah masalah itu bermula, mulai muncul beberapa kubu. Ada yang menyalahkan pemerintah dan mengatakan Sutarmidji (Gubernur Kalbar) tidak protoleransi, tidak memperhatikan umat Kristiani. Lalu, kubu lain berkata, "tak ada pohon Natal kok maksa banget". Mulailah saling serang dan salahmenyalahkan.

Menurut pengakuan Sutarmidji, tidak adanya pohon Natal tersebut karna tidak terdapat dalam APBD (Suara Pemred). Tahun sebelumnya biasa diberikan oleh pihak ketiga. Sebenarnya, di sini kita mulai berfikir, jika memang itu dari orang ketiga, apakah ada koordinasi antara Gubernur baru dan lama soal ini. Karena, keadaan kita saat ini memang agak panas, jadi masalah sedikit saja seperti jadi pemicu untuk semangat mengkotakkan diri.

Tapi, sebagai masyarakat yang protoleransi dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, ini adalah saat yang tepat untuk mengamalkannya. Masyarakat bisa bahu membahu untuk membuat pohon Natal itu ada, bisa saja dengan kreativitas entah itu dari barang bekas, bisa bekerjasama dengan angkuts (aplikasi bank sampah di Pontianak), atau dibuat dengan cara lain, sesuai kesepakatan bersama. Bukankah lebih bagus kalau banyak pihak yang terlibat sehingga suasana sukacita ini lebih terasa. Para pemuda kreatif juga dapat memberikan sumbangsihnya untuk mendirikan pohon Natal, bukan malah buat petisi untuk memasukan Pohon Natal di APBD. Hadirnya pohon Natal itu sebenarnya bukan esensi dari makna Natal itu, karna yang utama adalah kebersamaan dan kekeluargaan.

Tidak perlu lagi membawa suku atau agama dalam memandang segala sesuatu. Bukankah jika kita terus bersikap 'menuduh' pihak tertentu tidak protoleransi malah akan membuka lebar-lebar pintu perpecahan karena akan muncul pendapat pro dan kontra. Kalau merasa peduli, mari kerjakan, kalau merasa itu penting mari lakukan.

Jangan menjudge salahsatu pihak, kita harus tahu latar belakang permasalahan yang ada. Justru, jika masyarakat terlibat untuk mendirikan pohon Natal itu maka kedamaian dengan sendirinya akan datang di Bumi Khatulistiwa. Kalau setiap mendapati sebuah kejanggalan lalu yang kita lakukan hanya menyalahkan, mau jadi apa nantinya Kalbar yang kita cintai itu ?
Apakah kita mulai lupa atau pura-pura lupa dengan slogan "KALBAR CINTA DAMAI", atau itu hanya menjadi jargon yang tak pernah kita lakukan?

Kalau kita memang cinta damai dan protoleransi, mari kita gerak bersama untuk membuat Kalbar benar-benar cinta damai, tidak hanya dari kata-kata tetapi dari perbuatan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Karna, slogan itu tidak akan pernah terwujud jika kita tidak melakukannya. Tidak perlu saling menyalahkan, apalagi berburuk sangka, karna itu hanya akan membuat tidurmu tidak nyenyak, makanmu tidak enak.

Mari ciptakan suasana Natal sesuai dengan ensensinya, penuh damai dan sukacita.
Selamat menjelang Natal dan Selamat Natal 25 Desember 2018 bagi yang merayakan dan Selamat Tahun Baru 1 Januari 2019.



Post a Comment

4Comments

  1. Mari rawat selalu keberagaman di Kalbar

    ReplyDelete
  2. Dengan lebih mengedepankan berpikiir positif N sikap toleransi semua akan baik2 saja. Penting utk memastikan terlebihdahulu, knp N mengapa, baru kita bisa berkomentar...sehingga sikap saling curiga N saling menyalahkan tidak akan terjadi.

    ReplyDelete
Post a Comment