Merayakan Kemerdekaan bersama Anak-anak

Isa Oktaviani
By -
2

Merayakan Kemerdekaan bersama Anak-anak

Saya merasakan sesuatu yang sangat berbeda di perayaan kemerdekaan tahun ini. Jika biasanya hanya melihat keramaian di televisi atau lapangan-lapangan luas diberbagai tempat, kini bisa merasakan langsung aura semangat dan hiruk pikuk sukacita kemerdekaan.



Hal ini karena komunitas kami menjadi salahsatu dari 90 komunitas mengibarkan Bendera Merah Putih di Sungai Kapuas, Pontianak Kalimantan Barat yang dilangsungkan tepat tanggal 17 Agustus 2019. Kehadiran 90 komunitas dengan para anggotanya ini tentu saja telah membuat waterfront yang biasanya sepi di pagi hari, kini dipenuhi lautan manusia. Keramaian inilah yang membangunkan anak-anak di sekitaran tempat acara tersebut dan kemudian ikut berkumpul meski belum mandi karena memang acara dilaksanakan pada waktu pagi hari.

Kehadiran anak-anak ini kemudian menambah meriahnya acara, menurut saya pribadi begitu. Tak hanya kepolosan mereka yang membuat hati mulai tertarik tetapi ada hal lain. Apalagi kalau bukan ketulusan, meski dalam waktu singkat, saya dapat merasakan kehangatan persahabatan mereka. Misalnya pada saat saya dan dua orang teman bagi-bagi pita merah putih untuk diikatkan ke kepala, sebagai tanda hari ini kita merdeka dan berasa istimewa dengan pernak pernik bernuansa merah putih. Satu persatu dari mereka memanggil temannya untuk bergabung dan diikatkan pita tersebut.



Dari senyuman mereka dapat dibaca, semua bahagia, semuanya puas dengan kehadiran orang baru di sekitar mereka. Saya memandang satu persatu, mereka saling kenal "dia teman saya" kata seorang kepada yang lain. Kemudian mereka bermain bersama, berjoget sama-sama juga, semua tertawa lepas, semua menikmati suasana itu.

Tapi, setelah kami ngobrol bersama dan saling kenal, kita tahu bahwa mereka ternyata tidak sama agamanya, beda pula sukunya. Lantas kenapa bisa akur? Ya, inilah gambaran nyata dari negara kita yang sedang ulang tahun ke-74 ini. Kita hadir, kita lahir dengan beragam suku dan agama tetapi memiliki semangat yang sama, kita sama-sama bangga ketika merah putih melingkar dalam diri, kita bangga ketika Indonesia Raya dikumandangkan dan kita bangga telah dilahirkan di bumi pertiwi ini.



Seperti anak-anak ini, yang kembali menguatkan semangat bahwa bersama itu indah, tak peduli apa suku dan agama karena yang kita tau, kita sama-sama mengangkat tangan, kita sama-sama berdiri tegak untuk keutuhan bangsa ini. Bagi saya, ketulusan dari anak-anak kecil inilah yang kemudian membangkitkan semangat kita untuk refleksi kembali, apa yang harus kita lakukan di tengah kuatnya isu intoleransi bernada suku, ras dan agama. Kita pasti sudah lelah dengan muntahan berita yang mengabarkan di sana ada kejadian diskriminasi dari suku tertentu, kita benci karena banyak orang yang berlaku tidak adil terhadap sesama manusia. Kita juga benci karena keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu tidak dilaksanakan, teori hanya teori. Butir perbutir Pancasila hanya hanyut dalam ingatan tetapi tidak dalam perbuatan.



Kita, orang dewasa mulai lupa semangat perjuangan yang dibawa oleh para pahlawan kita dulu. Kita pura-pura tidak tahu apa yang disebut dengan bhinneka tunggal ika. Apa yang kita ingat? Hanya orang-orang dengan sekumpulan kita, satu kelompok dengan kita sedangkan yang beda? Mungkin harus disingkirkan, dianggap tidak ada atau diperlakukan tidak adil.

Maukah kita kembali belajar kepada anak-anak itu, tulusnya berjabat tangan, jujurnya dalam berteman dan bahagianya menjalin kehidupan meski mereka tau tidak lahir dalam agama atau suku yang sama, tapi mereka adalah insan yang hidup dalam lingkungan yang sama dan bersama-sama untuk membuat daerahnya menjadi nyaman dijadikan hunian.


Post a Comment

2Comments

  1. Duuuh anak-anaknya lucuu, ramee lagi. Aku jadi pengen ikutan 😁

    ReplyDelete
Post a Comment