Fidelis, Ganja dan Hukum Tanpa Kemanusiaan

Isa Oktaviani
By -
1
Fidelis dan Yeni
Sumber gambar : kompas.com

Nama Fidelis Ari Sudarto akhir-akhirnya sering diperbincangkan karena kasus yang menjerat dirinya. Bahkan, sehari sebelum putusan akan dijatuhkan pada dirinya, banyak foto bertaburan di media sosial dengan memajang tulisan #SAVEFIDELIS. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk seorang Fidelis.

Siapa sebenarnya orang ini kenapa begitu banyak yang peduli pada nya. Saya sendiri pun tidak mengenalnya secara langsung, hanya bisa menatap dari foto yang beredar di media sosial. Namun, kejadian yang menimpa dirinya membuat orang prihatin, tidak terkecuali dengan saya.

Fidelis adalah laki-laki yang berusaha menjadi suami sebaik-baiknya dan berjuang untuk menyembuhkan Yeni Riawati, istrinya karena mengidap penyakit langka. Adalah Syrigomyelia atau tumbuhnya kista berisi cairan di dalam sumsum tulang belakang yang mengerogoti tubuh Yeni.

Kondisi sang istri pun semakin memburuk, nafsu makan menurun, berat badan semakin hari semakin menyusut hingga membuatnya tidak mampu bergerak dan tidak bisa bicara. Kenyataan inilah yang harus dilewati lalui oleh Yeni.

Segala upaya pun dilakukan oleh Fidelis agar sang istri segera sembuh. Pengobatan medis telah dilakukan bahkan diobati secara kampung pun sudah, tapi semua tidak memiliki hasil, keadaan istri tetap sama.

Putus asa karena penyakit tersebut tak kunjung membaik, berkat kegigihan Fidelis mencari informasi akhirnya lewat mesin pencari ia menemukan jawaban terbaik. Pengobatan dengan ganja adalah satu-satunya jalan yang dapat menyembuhkan istrinya. Ia pun menanam setidaknya 39 pohon ganja dan meracik obat tersebut untuk sang istri.

Berkat ekstrak ganja ini keadaan Yeni semakin membaik, nafsu makan bertambah bahkan sedikit demi sedikit mampu bergerak. Hal ini lah yang membuat bapak dari dua anak ini memiliki semangat untuk menyembuhkan sang istri dan seakan diberi cahaya harapan baru untuk keluarga kecilnya.

Namun sayang, di Indonesia negara tercinta ini seolah mengharamkan tanaman ini bahkan dianggap sebagai tumbuhan setan. Kepercayaan orang bahwa dengan mengkonsumsi ganja akan menimbulkan akibat fatal seperti dapat membunuh, memperkosa, bahkan dianggap bisa membuat orang berubah separuh jadi binatang.

Kita sangat paham, hal ini tidak akan dibiarkan dan dianggap sangat berdosa. Ganja seolah-olah perwujudan iblis dalam bentuh tumbuhan yang bisa memangsa kapan saja. Maka tidak akan pernah ada penelitia medis bahwa ganja dapat digunakan sebagai obat dan membantu kehidupan manusia.

Sebagai laki-laki yang bertanggungjawab, dengan gagah Fidelis menempuh risiko yang siap menerkam dirinya demi kesembuhan orang yang sangat ia cintai. Namun, setelah kegigihannya merawat sang istri, pohon ganja ini mulai tercium oleh pihak Badan Narkotika Nasional, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Dia pun ditangkap dengan tuduhan memiliki 39 batang pohon ganja dan tindak pidana menanam pohon ganja tersebut. Setelah ia ditangkap, kedua anaknya harus diasuh oleh nenek mereka dan sang istri tidak ada yang merawat lagi. Kenyataan paling pahit yang harus didengar dari jeruji besi pada 25 Maret 2017, Yeni, sang istri dipanggil untuk menghadap Tuhan dan meninggalkan Fidelis serta anak-anak untuk selama-lamanya.

Kepergian tulang rusuk Fidelis ini tak lain karena tiada lagi obat bagi dirinya karena tak satupun yang bisa membuat ekstrak ganja tersebut sehingga perlahan ajal menjemput Yeni.
Setelah istrinya telah pergi, kepedihan berikutnya siap menyambut Fidelis. Sidang demi sidang dilalui sebagai penentu apakah ia di vonis bersalah atau dibebaskan oleh pengadilan negeri.

Maka, tepat pada Rabu 2 Agustus 2017, seluruh umat yang masih memiliki rasa kemanusiaan berduka mendengar vonis yang dijatuhkan kepada Fidelis. Berkat bukti cinta sucinya untuk menyembuhkan sang istri, ia harus menerima jeratan hukum yakni 8 bulan penjara serta denda sebanyak 1 miliyar.

Memang sebagai warga Indonesia kita dituntut untuk patuh kepada hukum. Apapun kesalahannya dan siapapun dia harus sama di mata hukum, tiada tebang pilih. Tapi tunggu dulu, dalam kasus Fidelis ini apakah ia orang yang bersalah, apakah ia seorang terdakwa karena melanggar hukum untuk sesuatu yang kriminal. Dia hanya berusaha untuk menyembuhkan sang istri.

Dan ingat, di atas hukum ada kemanusiaan. Tapi, apakah petugas BNN kala itu memikirkan ini atau terlalu kaku dengan hukum yang berlaku. Kita juga tidak bisa memastikan, karena jika dilihat sesaat sepertinya memang hanya patuh pada hukum tanpa melihat aspek yang lain.

Yeni telah tiada, anak-anak Fidelis pun terancam masa depannya. Sang Ayah yang bijaksana harus menggantungkan nasib apakah masih bisa dianggap sebagai anggota PNS atau akan dipecat.
Kapan kita akan menghargai kemanusiaan dan bisa kah kita menomorsatukan kemanusiaan di atas apapun. Sebaik-baiknya apapun, lebih istimewa kemanusiaan.

Tetap semangat Fidelis, masih banyak yang mencintai kamu dan akan berdoa untuk kebaikan hidup mu. Ingatlah di balik perjuangan yang pedih akan ada hadiah terindah dari Tuhan.




Post a Comment

1Comments

Post a Comment