Cerita Perjalanan Menuju Desa Batu Ampar

Isa Oktaviani
By -
4
Padang Tikar, Kubu Raya

Hujan begitu setia menemani pagi ini. Seperti kopi yang selalu manis jika diseduh dan dinikmati menanti mentari bersinar.

Hujan semakin manja. Tingkahnya lucu dan menggemaskan, kadang ia datang ramai kadang hanya sedikit, tapi rayuannya cukup membasahkan bibir hingga sekujur tubuh. Pagi ini kami harus melanjutkan perjalanan, tak peduli hujan terus merindu, hingga tak mau melepaskan pegangannya.

Sejak kemarin, Padang Tikar terus diguyur hujan. Nampaknya mereka memang menyukai tempat ini, sepertiku yang hampir tak bisa berpaling karena keindahannya. Tapi, tolonglah, beri kesempatan untuk kami beranjak. Ah, hujan tetap saja bertahan dan terpaksa kami pergi tanpa menghiraukannya hingga dia mengikuti seluruh perjalanan kami.

Jas hujan plastik yang digunakan cukup membantu meski badan jadi panas dingin. Perjalanan kali ini hendak menuju Desa Batu Ampar. Membutuhkan waktu empat jam dari Padang Tikar untuk sampai di sana. Jalanan yang dilewati sangat kecil, meski di semen tetapi banyak yang sudah rusak.

Jas anti hujan

Retakan demi retakan harus dilewati. Semakin romantis saja dengan rintikan hujan. Cuaca hari ini cukup menggemaskan, mulai dari rintik hujan, hujan deras, pantas, hujan panas, hujan deras lagi dan panas lagi. Badan kami panas dingin karena tak sanggup beradaptasi.

Jalanan kecil dan sempit itu sepertinya sangat jarang dilewati orang, mereka lebih memilih jalur sungai untuk berkunjung ke suatu tempat. Jalan darat cukup merepotkan. Wajar saja, badan jalan hampir tertutup rumput. Ilanang bertaburan kemana-mana, siap menyambut para petualang. Mereka mungkin saja rindu untuk bercanda dengan siapa saja yang mau datang ke tempat itu. Tapi sayang, tak banyak yang mau.

Tidak hanya itu saja, beberapa titik juga masih rusak. Jalan berlumpur dan licin, jika saja tidak telaten, akhirnya akan terbaring dikubangan lumpur. Ahh, barulah kau tau, inilah Kalimantan Barat, negeri yang kaya alamnya tapi miskin aksesnya.

Kondisi jalan menuju Desa Batu Ampar

Rumput-rumput mulai membelai muka dengan manja tetapi cukup menyakitkan, apalagi tak ada pelindung kepala. Kakipun tak kalah, mereka saling berlomba untuk menyapa kaki-kaki kami sampai teriris sedikit dan perih karena luka. Ah, tak apalah, mungkin rumput itu rindu untuk dibersihkan, mereka haus belaian tangan yang manis untuk merapikannya.

Keringat mulai mengucur deras kala kami harus mendorong dan mengangat sepeda motor dari kubangan lumpur, anggap saja ini mandi di siang bolong. Perjalanan yang cukup melelahkan ini mari lupakan sejenak. Kami berhenti di persimpangan jalan, tepat disebuah warung miliknya ketua kelompok budidaya Kepiting.

Sambil menikmati hujan, segelas kopi lagi-lagi diseduh dan diseruput bersama. Betapa menyenangkan hari ini, kami telah lupa dengan jalanan penuh kesunyian tadi. Tak terkira, tiba-tiba saja Pak Ketua ini mengeluarkan kepiting yang besar. Aku syok melihatnya, amat besar, belum pernah kulihat. Pantas saja orang-orang terus menyebut kepiting dari Kubu Raya besar-besar dan rasanya nikmat. Pengen pula kami mencicipinya, dengan seribu kebaikan hati, kepiting itu diberikan secara cuma-cuma dan artinya, dia akan menjadi santapan lezat malam ini.

Kepiting Kubu Raya

Obrolan panjang telah usai, perjalan belum juga selesai. Sepeda motor mulai dinyalakan lagi dan perjalanan menuju Batu Ampar dimulai. Kali ini tak ada jalanan berlumpur lagi, hanya saja sangat kecil dan semen jalannya sedikit rusak.

Perjalanan panjang dengan sejuta kisah akhirnya usai. Kami sampai di Desa Batu Ampar, disambut lagi oleh gerimis yang perlahan semakin kuat. Nampaknya hari ini hujan sangat setia, tak mau meninggalkan kami dalam waktu yang lama.

Katanya, jalur darat nanti akan diperbaiki, hingga dapat dilewati dengan nyaman oleh masyarakat sekitar. Semoga saja kabar ini tidak salah agar kita dapat berjumpa lagi tanpa harus bermandikan lumpur.


#Day13
#IsaNuamiChallenge

Post a Comment

4Comments

  1. Cuaca hari ini sangat menggemaskan. Bahasa yang ciamik sekali. Bahasa sastra dimana², rindu juga tak mau kalah. Ahhhhh Isa, bisa saja kamu 😅

    ReplyDelete
  2. hehe,, hujan selalu rindu kepada ku

    ReplyDelete
Post a Comment