Mengapa Ada Tepelima?

Isa Oktaviani
By -
0
desgin by Tarida Manullang

Pernah berjumpa dengan yang beda suku dan agama ? Tentu saja, bahkan keseharain ya bersama mereka. Tapi, pernah tinggal dan makan bersama, berbagi cerita, tawa dan diskusi mulai dari keseharian bahkan masalah serius?

Bagi mereka yang sering berpetualang di negeri orang atau kita bisa bilang seberang pulau, hal itu tentu biasa. Berjumpa, berdialog, menjalin kekeluarga dan melakukan banyak hal bersama teman-teman berbeda suku maupun agama sangat sering dilakukan. Misalnya Peace Camp, Peace Train, YIPC, Camp YiFos lain yang lainnya.

Tapi, itu biasa dilakukan di Pulau Jawa. Lantas, bagaimana dengan Kalbar ? Pernah ada kegiatan serupa? "Dulu pernah, sekitar tahun 2005," ungkap Ismail Ruslan ketua FKUB Kalbar.

Setelah itu, belum ada lagi. Bahkan, tahun 2005 itu format kegiatannya juga seperti apa, saya tidak kurang tahu jelas. Tapi, untuk mempertemukan terutama kaula muda lintas suku dan agama sangat jarang, paling hanya habis di FGD, Seminar, Workshop atau Jambore.

Pengen rasanya ada satu waktu yang dapat mempererat kaula muda, bicara soal kehidupan sehari-hari dan tentu saja penyikapan toleransi. Karena, seperti yang kita tahu, semakin tahun semakin banyak kejadian yang memilukan di Kalbar, baik itu karena intoleransi maupun berita bohong.

Kalbar sendiri semakin aktif mengikuti kejadian-kejadian di ibukota yang secara tidak langsung ini menimbulkan perasaan tidak aman dan juga tidak dapat dipungkiri menjadi kotak baru. Jika dulu tidak masalah hidup bertentangga dengan yang beda, tapi sekarang semakin banyak prasangka dan juga lebih senang bergaul dengan sesama saja.

Padahal, Kalbar itu miniatur Indonesia, indah dengan keragaman suku dan agama serta budaya, megah dengan hamparan samudera dan kekayaan alam lainnya. Bahagiakah kita kalau itu akhirnya menjadi kotak-kotak dan jalan sendiri-sendiri?

Tentu saja tidakkan. Maka, aset berharga Kalbar ini harus kita jaga dan aset Kalbar juga adalah kekayaan Indonesia. Mari kita jaga dari rumah terdekat dulu sehingga bisa menyasar yang lebih besar, rumah bersama Indonesia.

Karena keresahan bersama dan rindu berjumpa antar pemuda, maka beberapa organisasi pemuda memiliki insiatif untuk mengadakan Temu Pemuda Lintas Iman (Tepelima) Kalbar. Kegiatan yang diusung dengan konsep camp keberagaman ini untuk mempertemukan para pemuda lintas iman dan suku di Kalbar.

Tentu saja, akan dihadiri pula oleh pemateri yang relevan membahas keberagaman, baik tingkat regional maupun nasional. Sebab, ini adalah kegiatan pertama dan namanya juga asing tetapi bukan berarti semangatnya samar-samar lalu pudar.

Dikerjakan sejak Juni 2018 lalu, panitia sukarela memberikan jiwa dan raga serta waktu juga dana untuk terlaksananya kegiatan ini. Tidak dapat dipungkiri, sebagai kegiatan pertama maka sulit menemui konsep acara seperti apa yang paling cocok, siapa saja yang tepat menjadi pengisi acara.

Beragam format digali, beragam argumen dan observasi dipaparkan, akhirnya kegiatan yang sudah direncanakan beberapa bulan lalu akan terlaksana pada tanggal 17-20 November 2018 mendatang. Sebuah kegiatan dari pemuda, oleh pemuda untuk Indonesia.

Pemuda adalah garda terdepan untuk menjaga keutuhan bangsanya. Apa yang dapat kita lakukan setelah melihat tontonan diskriminasi, intoleransi dan radikalisme yang terjadi?

Saatnya kita untuk membangun relasi, membuat aksi untuk kedamaian bersama, sebab keberagaman adalah anugerah terindah dari Tuhan.

Mari jabat tangan, peluk erat, panitia menanti kalian, para pemuda yang tergugah semangat untuk merajut dan merawat keberagaman di bumi Khatulistiwa.

Pontianak, 8 November 2018
Isa Oktaviani

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)