Film Semes7a : Merawat Alam adalah Tugas Bersama

Isa Oktaviani
By -
0

Film Semes7a : Merawat Alam adalah Tugas Bersama


Jika manusia baik, maka alam juga akan baik sama kita. Mari kita taubat ekologi. 
Tuhan menyediakan semuanya bagi kita dan kita berkuasa atas itu semua termasuk merawatnya. Bagaimana mungkin Islam menjadi agama yang penuh rahmat sementara kita tidak sayang terhadap tubuh kita. 
Alam adalah ibu, air adalah darah maka kita harus menjaganya
alam akan tetap ada, meskipun terjadi climate change
tetapi manusia bisa saja musnah jika tak bisa mengelola alam
------- S E M E S 7 A --------

Sutradara          : Chairun Nissa
Produser            : Nicholas Saputra
Musik                 : Indra Perkasa 
Sinematografi    : Aditya Ahmad
Pemeran:

1. Soraya Cassandra
2. Marselus Hasan
3. Agustinus Pius Inam
4. Almina Kacili
5. Tjokorda Raka Kerthyasa
6. Iskandar Waworuntu
7. Muhammad Yusuf

film semesta


Perubahan iklim benar-benar kita rasakan saat ini. Berbagai bencana alam terjadi, banjir, gempa, tsunami dan lainnya bahkan menghampiri daerah-daerah yang semula tak pernah terkena bencana dan dianggap jauh dari kemungkinan terjadi bencana alam. Akan tetapi, siapa sangka justru hampir setiap daerah mengalami ceritanya sendiri, banyak tempat harus porak poranda karena diterjang banjir atau peristiwa alam lainnya. Sepertinya, alam kita sudah memberi sinyal bahwa sekarang manusia harus berbenah dan memperbaiki yang sudah dirusak karena jika tidak maka sesuatu yang besar bisa terjadi.

Laporan dari Breakthrough National Centre for Climate Restoration bahkan menyatakan peradaban manusia mungkin bisa berakhir pada 2050 jika tidak ada aksi yang dilakukan untuk mencegahnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menyebut tahun 2020 ini kenaikan suhu telah mencapai 1 derajat celsius. Padahal sebelumnya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyepakati perubahan suhu sampai 2030 tidak boleh lewat dari 1,5 derajat celsius. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati jika kenaikan suhu tidak dibendung, maka ekosistem lingkungan akan rusak dan salah satu dampaknya adalah banjir.

sumber IDN TIMES


Berangkat dari isu lingkungan, sebuah film dokumenter dibuat dan disajikan dengan epik. Film ini bercerita tentang 7 tokoh di 7 provinsi yang fokus untuk merawat alam. Tokoh yang dipilih juga merepresentasikan beragam suku dan agama sehingga kisah ini menjadi sangat menarik karena sesungguhnya agama apapun dan suku apapun itu punya tujuan yang sama dan semangat yang serupa untuk merawat alam demi kepentingan umat manusia, bukan kelompok tertentu. Secara singkat, kisah ini disajikan sebagai berikut:
  • Cerita pertama dimulai oleh Tjokorda Raka Kerthysa, seorang tokoh budaya di Ubud, Bali, yang bersama segenap umat Hindu menjadikan momentum Hari Raya Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta.
  • Kemudian ada Agustinus Pius Inam, Kepala Dusun Sungai Utik, Kalimantan Barat, yang memastikan pentingnya penduduk desa memahami dan mengikuti langkah tata cara adat dalam melindungi dan melestarikan hutan. 
  • Berlanjut menemui Romo Marselus Hasan, Pemimpin Agama Katolik di Bea Muring, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Beliau menyelipkan pesan kepada para jemaatnya untuk berdamai dan menjaga pelestarian alam, terutama sumber mata air.
  • Cerita keempat mengenai Almina Kacili. Ia seorang perempuan yang membantu menyeimbangkan alam melalui “Sasi”, sebuah tradisi kearifan lokal yang menjaga keberlangsungan sumber daya alam dengan melindungi wilayahnya dari eksploitasi, terutama oleh nelayan-nelayan yang menggunakan peralatan ilegal.
  • Pada babak kelima, ada kisah dari Muhammad Yusuf yang sehari-hari menjadi imam di Desa Pameu, Aceh. Ia selalu memperingatkan masyarakat lantaran melihat praktik penebangan hutan, salah satu faktor yang mempercepat terjadinya pemanasan global. Ini berdampak pula pada rusaknya habitat alami gajah liar.
  • Kemudian ada kisah dari Iskandar Waworuntu yang bertahun-tahun lalu memutuskan hijrah dari kehidupannya dahulu dan hidup dari sebidang tanah kering, sebuah tempat yang ia beri nama Bumi Langit.
  • Perjalanan Semes7a berakhir dengan kehadiran Soraya Cassandra, petani kota pendiri Kebun Kumara, Jakarta. Melalui sebuah kebun yang ia kelola di pinggiran ibu kota, Sandra melakukan kampanye prinsip-prinsip belajar dari alam yang secara kreatif mengubah tanah di kota menjadi hijau kembali.
Dari kisah ke kisah, rasanya semua sangat menyentuh hati. Maka tak heran banyak air mata menetes ketika menyaksikan perjuangan tokoh inspiratif ini. Semangat mereka memperjuangkan alam patut menjadi teladan bagi kita, tak harus dengan langkah yang besar tetapi satu langkah kecil mampu merubah kerusakan yang besar seperti mengurangi penggunaan plastik, konsisten berkebun dan naik kendaraan umum.

Film kerjasama KLHK dan UniEropa ini patut diacungin jempol dan sangat recomended untuk ditonton. Dengan refleksi dari film ini, kesadaran spiritual mulai terbangun apa lagi hal ini demi kepentingan kita di masa depan, bukan untuk saat ini saja.

Selain tema yang diangat sangat bagus dan relevan sehingga diharapkan mampu membuat perubahan sosial kepada kita yang menyaksikan, film ini dikemas dengan sempurna, mulai dari sinematografi, musik dan alur. Ini merupakan salahsatu film dokumenter terbaik yang pernah saya saksikan. Sempatkan diri ke bioskop dan jadilah bagian dari penjaga semes7a ini.

SUMBER IDN TIMES


SUMBER IDN TIMES


Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)