Ini Rasanya Misa di Katedral Pontianak Era New Normal

Isa Oktaviani
By -
0

Misa di Katedral Pontianak Era New Normal


Sejak Maret 2020, semua rumah ibadah ditutup atau tidak ada misa offline seperti biasanya. Hal ini sebagai upaya untuk memutus rantai penularan covid-19. Biasanya, ribuan umat mengikuti misa mulai misa pagi hingga malam hari karena sehari tersedia empat kali misa. Rasa kehilangan pasti apalagi sejak itu misa hanya tersedia online. Kita hanya menyaksikan lewat steaming youtube. Tapi, kita bisa ikut misa di gereja manapun, menyesuaikan jadwal yang kita inginkan. Namun, ada yang kurang rasanya terutama damainya hati setelah menyambut hosti atau komuni.



Kerinduan selama lebih dari 3 bulan akhirnya terjawab setelah pemerintah mengeluarkan peraturan dengan sebutan New Normal. Masyarakat boleh beraktivitas seperti biasa, cafe dan mall mulai buka termasuk rumah ibadah. Tapi, ada protokol yang harus diikuti, tentu saja rumah ibadah akan memiliki protokol luar biasa. Aku pernah ke Gereja lalu disuruh pulang karena kuota sudah penuh, dengan bangunan Katedral Pontianak yang sanggup menampung kurang lebih 1.500 orang tersebut hanya dikasi kuota sekitar 380 orang saja sekali misa.

Lalu, minggu tadi aku tidak ingin kejadian yang sama terulang. Aku memilih misa pagi atau jam 8.30 di Gereja Katedral Pontianak. Bersama dua keponakan, kami bergantian mandi, rasanya mirip saat ospek. Kami sarapan roti dan kopi biar tidak ngantuk. Pukul 06.45 kami berangkat dari rumah karena memang rumah ke Gereja bisa memakan waktu 30 menitan. Di jalan kami juga dengan kecepatan yang cukup tinggi, yang biasa di area kota 40km/jam atau 50km/jam sekarang ditancap gas 60km/jam. Tiba di depan gerbang Gereja pukul 07.15, ada beberapa motor yang menunggu. Aku langsung gundah karena kondisinya mirip dengan kami di suruh tempo hari. Aku lalu mengerutu dalam hati, "lah, udah buru-buru dan berangkat pagi banget masa harus pulang lagi". Kami menunggu, tak bertanya apapun dan tak satupun petugas yang suruh pulang.


Ternyata, kami datang cukup awal, gerbang belum di buka dan petugas gereja sedang mempersiapkan misa. Menyemprot disinfektan di dalam Gereja dan persiapan lainnya. Sekitar 10 menit menunggu, satpam membuka gerbang, para petugas memberikan kartu tanda umat satu persatu kepada kami semua. Hah, lega sekali rasanya, langsung bersyukur kepada Tuhan dan tak sia-sia usaha bangun pagi di hari minggu ini.

Kami masuk, di post kedua langsung kembalikan kartu tadi dan cek suhu. Kami semua dengan suhu normal. Semua jendela samping kiri kanan Gereja di buka yang selama ini aku nggak pernah lihat itu terbuka. Lalu, sebelum ke wastafel, tersedia kotak kolekte yang kita bisa serahkan kolekte sebelum atau sesudah misa. Kami memilih menyerahkan kolekte sebelum misa di mulai. Lalu, kita menuju deretan wastafel untuk cuci tangan dan setelah itu disediakan juga pengering tangan. Bahkan, untuk masuk ke Gereja, kita harus tetap jaga jarak.

Memasuki Gereja, ada yang berbeda, banyak kipas angin terpajang terutama di dekat altar gereja. Setiap tempat duduk juga diberi tanda mana yang boleh diduduki dan tidak. Jaraknya satu meter per orang jadi kamu nggak bakal dengar orang ngobrol dengan tetangganya lagi selama misa dilaksanakan. Tapi agak risih karena harus gunakan masker sepanjang misa, agak sesak nafas tapi demi kesehatan harus ditaati.

Menariknya lagi, ketika misa di minggu biasa ke-17 ini, ada banyak pastor (25 orang) se-keuskupan Agung Pontianak dan misa dipimpin oleh Bapak Uskup. Para imam ini berkumpul memang tidak semua untuk memperbaharui janji imam dan juga pemberkatan air suci. Harusnya ini diadakan akhir bulan dengan beragam acara tapi karena kondisi tidak memungkinkan sehingga diadakan dengan cara yang sederhana.


Terakhir, penyambutan komuni, kita tetap antri seperti biasa tetapi lagi-lagi harus ada jarak. Sudah ada garis merah sebagai pembatas dan antara imam dengan umat di beri pembatas. Hosti diberikan agak ke bawah (aku liatnya kayak kasi makan orang di penjara) tapi tidak apa-apa yang penting esensinya kita tetap menyambut tubuh Tuhan. Lalu, masker boleh di buka saat itu (paling 10 detik saja).

Kondisi baru ini memang tidak nyaman, rindu rasanya misa seperti dulu, hangat dan ramai. Sekarang tidak ada salam damai lagi tapi apa mau di kata, hanya berdoa bersama saja kita agar kondisi semakin baik dan semoga kita tetap sehat.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)