Diskusi Buku Muslimah Reformis, Memahami Peran Perempuan dari Berbagai Aspek
Jadi
muslimah bukan berarti yang berpakaian syar’i dan selalu nunduk tetapi menjadi
muslimah harus memberikan manfaat untuk banyak orang. Tugas kita sebagai
perempuan bukan untuk mengurusi suami karena merekakan bukan bayi yang harus
diurus, justru kita harus saling mengurusi antara suami dan istri. Kata Musdah
Mulia dalam Webinar Nasional Bedah Buku Muslimah Reformis. Buku yang ditulis
langsung olehnya ini mengupas secara kompleks persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Mulai dari pendidikan, membangun keluarga, HAM, kesetaraan
gender, hak kebebasan beragama, mewujudkan perdamaian hingga dakwah transformative
yang disusun secara rapi terdiri dari 18 bagian.
Hadir
Aseanty Pahlevi (Jurnalis dan aktivis perempuan) dan Subandri Simbolon (Dosen Sekolah
Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak) dan Prof. Musdah Mulia sebagai
narasumber dan Isa Oktaviani yang memoderatori kegiatan tersebut yang
berlangsung selama dua jam tiga puluh menit tersebut. Peserta terdiri dari
mahasiswa Univ. Tanjungpura, IAIN Pontianak, Sekolah Tinggi Agama Katolik
Negeri Pontianak, Kesbangpol Pontianak, MUI Kalimantan Barat, FKUB Kalimantan
Barat, Kementerian Agama Sumba Timur, Jemaat Ahmadiyah Pontianak, Bahai
Kalimantan Barat, NU, serta dari peserta umum.
Subandri
Simbolon sebagai pembicara pertama membaca buku ini dengan A Common Words.
Kata-kata bersama. Common words beetween
us, you and i. “Buku ini merupakan satu dokumenter penting dalam sejarah
hub agama-agama Abrahamik. Kristen, Islam, Yahudi. Lahir awalnya ditandatangi
oleh 38 ulama dari seluruh dunia. Sebagai respon mereka terhadap pidati Paus
Benediktur XVI di Jerma. Pidato tsb sempat membuat ulama-ulama tersinggung.
Tetapi tanggapan 38 ulama itu membuat kita merasa wow. Yaitu mencari kata yang
mengikat kita. Setelah 38, diikuti 138 tokoh Islam dari bebagai mazhab,”
katanya.
Bagi
Subandri, buku ini sangatlah lengkap dan analisisnya tajam. “Kalau kita melihat
Ensiklopedia buku ini. Saya katakan buku ini harus sering dikaji. Saya
mengusulkan buku ini sebagai salah satu buku rujukan ketika kita berbicara
tentang pendidikan, gender, perdamaian, inter religius dialog dalam konteks
perempuan, juga tentang HAM. Mungkin terlalu cepat saya katakan ini sebagai
kitab. Tapi gagasan yang diberikan Bu Musdah luar biasa, bukunya tebal, dengan
diskusi berat dengan isu berat, Bu Musdah menyampaikan gagasan itu dengan
renyah” tambahnya.
Buku
Ensiklopedia Muslimah Reformis ini menekankan hal utama adalah pendidikan maka
buku ini dibuka dengan tema pendidikan. Kemudian bagaimana peran perempuan
dalam keluarga, politik hingga ekonomi. Perempuan memiliki jumlah yang lebih
banyak di Indonesia daripada laki-laki sehingga kalau dibatasi gerak perempuan
maka akan menambah beban kerja laki – laki. Sejatinya, perempuan juga dapat
melakukan apa yang dilakukan oleh laki – laki tapi karena perempuan lebih
banyak berperan untuk pekerjaan rumah sehingga tidak terlalu dilibatkan dalam
hal pembangunan ekonomi. Bahkan, untuk ketelibatan di politik hanya 30 persen
dan itu juga tak jarang yang kurang berkapasitas, asal ada saja dan kerabat
pejabat lainnya.
Membaca
buku ini bisa menjadi bahan refleksi bersama untuk merevitalisasi pemahaman
dari berbagai aspek, dengan merujuk buku ini maka kita akan menemukan pemahaman
yang lebih mendalam sehingga mendapatkan titik temu bahwa kehadiran kita harus
memberi manfaat bagi banyak orang. Media juga berperan penting untuk
mengkampanyekan peran perempuan di hadapan public, bukan malah mengkerdilkan
peran perempuan, kata Levy Pahlevi.
Post a Comment
0Comments