Menyaksikan Langsung Nikah Beda Agama

Isa Oktaviani
By -
0

Menyaksikan Langsung Nikah Beda Agama


Menikah menjadi tujuan akhir kebanyakan pasangan yang sedang menjalin hubungan pacaran. Menikah adalah anak tangga yang harus dilewati untuk menata kehidupan bersama pasangan. Ketika sudah sah sebagai suami istri, tangga pertama telah lewat karena sudah menjadi pasangan dari teman hidup kita. Langkah berikutnya adalah anak tangga ketika kamu dan pasangan memiliki anak, kini statusnya sudah menjadi ayah dan ibu hingga akhirnya nanti menjadi tua dan punya cucu atau buyut.


Akan tetapi, perjalanan cinta yang berliku tidak jarang menjadi persoalan tersendiri sehingga tidak sampai di jenjang pernikahan. Entah itu karena kita belum cocok atau terhalang restu orang tua sehingga tidak memungkinkan untuk menaiki anak tangga setelah pacaran. Namun, yang lebih menyakitkan adalah terhalang karena memiliki cara ibadah yang berbeda, ya beda agama. Ini adalah penghalang terbesar yang pernah ada untuk pasangan yang ingin menikah. Tak peduli orang tua masing-masing sudah saling kenal bahkan kalian punya kedekatan yang intens, ketika iman berbeda, harapan untuk membuka bahtera rumah tangga sirna seketika.

Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi
Benteng begitu tinggi
Sulit untuk kugapai

Jadi pengen nyanyi ya hihi. Itu adalah sepenggal lirik lagu Peri Cintaku dari Marcel yang mengisahkan cinta beda agama. Ya gimana yaa, cinta tidak pernah salah, kadang kita aja yang terlalu berani main-main dengan perasaan, awalnya iseng lama-lama keterusan dan jadi lama banget pacarannya. Kisah ini tidak hanya dialami satu atau 10 orang tetapi ribuan umat manusia pernah merasakan. Ada yang berakhir bahagia, ada pula yang sedih banget karena harus pisah waktu masih sayang-sayangnya. Mereka yang berhasil menikah biasanya salahsatu harus mengalah dan menyamakan agama tetapi ada pula yang tetap dengan agama masing-masing dan menikah. Wow keren. Tapi ini sangat-sangat sedikit, kenapa? Selain pernikahan beda agama ini banyak ditentang oleh agama-agama.

Tidak hanya agama yang menentang, aturan sipil dari pemerintah juga belum mengizinkan menikah dengan dua agama. Tak heran, akhirnya sangat sedikit pasangan menikah beda agama yang kita jumpai. Aku tidak akan membahas bagaimana pandangan agama soal menikah beda agama karena semua memiliki pandangan tersendiri dan mungkin kita butuh waktu untuk memahaminya. Aku hanya akan bercerita dari pengalaman yang aku lihat sehari-hari. 

Saat tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, aku hanya mengetahui dua pasangan saja yang menikah beda agama dan itu dilangsungkan di kota lain, bukan di Pontianak tetapi akhirnya mereka menetap di kota khatulistiwa. Lalu, beberapa kisah pernah aku baca di media sosial, cerita perjuangan mereka menikah beda agama dan itu ribet banget, banyak yang harus dilewati. Tapi, aku menjadi terperangah ketika berangkat ke Jakarta, menetap di rumah agama untuk perdamaian yang dikenal dengan house of peace. Baru dua hari menikmati suasana baru, pemandangan unik dan tak biasa telah menyapaku. Ya, hari itu ada upacaya pernikahan beda agama. Aku cukup kaget dan bertanya-tanya, memangnya bisa? Gimana pencatatannya? kok gitu ya?

Hari itu, tepatnya pukul 13.00 WIB ada pasangan yang datang bersama dengan keluarga. Ini adalah pasangan kesekian yang diberkati dan akan di tempat ini. Memang paling banyak antara Muslim dan Kristen menikah beda agama. Sejak 2005 pernikahan beda agama ini sudah digelar dan hingga saat ini pasangannya sudah ada sekitar 1.443 pasangan yang dinikahkan baik di Jakarta maupun kota lainnya. Bagi rumah perdamaian, menikahkan pasangan beda agama bukanlah hal aneh karena sejatinya cinta dari Tuhan yang suci harus dijaga dan tidak perlu dipisahkan hanya karena agama berbeda.

Akhirnya aku menjadi terbiasa karena di tempat ini juga wadah bagi pasangan untuk konsultasi sebelum melaksanakan pernikahan. Hampir setiap hari ada pasangan yang konsultasi, bahkan terkadang di hari tertentu ada 3 hingga 5 pasangan yang datang konsultasi. Menariknya, banyak dari pasangan ini yang pacarannya di atas 10 tahun, bahkan ada yang 16 dan 20 tahun, mungkin karena pergulatan batin ya dan setelah punya solusi baru bisa menikah. Memang susah sih kalau bicara perasaan, logika mau pisah tapi hati maunya lanjut. Uhhhh.

Teori apapun akan kalah dengan cinta yang tulus dan sudah mengisi relung hati yang terdalam. Mungkin bisa dikesampingkan tetapi takkan terganti dan tetap bernaung di ruang tersendiri. Begitulah, dilema cinta beda agama. Jika mau menikah tetap mempertahankan agama masing-masing, ternyata itu bukan hal mustahil lagi. Aku telah menyaksikannya sendiri selama hampir 2 bulan terakhir ini di Jakarta. Soal boleh dan tidak boleh, bagiku itu kembali ke diri masing-masing, kalau kamu dan pasangan merasa tidak masalah, ya lakukan tetapi kalau merasa itu tidak bisa dilaksanakan, tinggalkan.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)