Kenalan dengan Stoikisme, Filosofi Hidup Anti Galau

Isa Oktaviani
By -
0

Kenalan dengan Stoikisme, Filosofi Hidup Anti Galau




"Stoikisme muncul pada jaman Yunani dan Romawi kuno, ditemukan oleh filsuf Yunani Zeno dan dikembangkan sederet filsuf Romawi Seneca, Epitectus dan Marcus Aurelius. Selama ratusan tahun, pola pikir ini populer baik di kalangan budak maupun aristokrat. Mereka menganggap filosofi ini sangat berguna dalam keseharian karena mengajarkan mereka cara untuk tetap tenang terutama ketika menghadapi situasi sulit tak terduga."


Tahun 2021 menjadi tahun yang berat bagi aku karena untuk pertama kalinya merasa sedikit depresi. Semua berawal dari patah hati, aku kecewa dengan diriku sendiri dan banyak penyesalan kenapa ngga ini, kenapa ngga itu padahal ternyata memang itu yang dipilihkan Tuhan untukku, ini yang terbaik. Awal - awal patah hati terutama di hari pertama hingga ketiga, aku benar - benar ngga bisa makan, kalau ada yang masuk, aku langsung muntah. Itu sangat menyiksa batin dan hari - hari jadi menjadi dark day.

Untuk pertama kalinya aku merasa tidak semangat menjalani hidup, bersedih yang teramat dalam dan merasa hariku suram. Tapi, hidup harus terus berjalan, aku memutuskan meramu hariku kembali sehingga tidak larut dalam rasa yang tidak nyaman itu. Memulai semuanya dari membaca buku dan nonton video, tentu saja juga ngobrol bareng teman.

Proses ini membawaku menemukan banyak channel youtube yang membantu mengelola pikiran dan emosi dan cukup berdampak pada keseharian. Akhirnya, aku dipertemukan dengan satu channel Greatmind yang awalnya aku lihat dari reels instagram dan langsung meluncur ke youtube. Dari sanalah aku kenalan dengan Stoikisme.

Stoikisme dibawakan sangat manis oleh Marissa Anita yang membawa kita pada penjelasan singkat dan mudah dipahami. Jadi, stoikisme ini sederhananya adalah kita hanya bisa mengendalikan apa yang ada dalam kendali kita yakni pikiran dan tindakan kita.

Seorang stoik tidak akan buang waktu dan energi adu mulut meyakinkan orang lain bahwa ia orang baik. Ia akan menunjukkan melalui tindakan-tindakan yang selaras dengan kebajikan secara konsisten dalam kesehariannya. - Greatmind -

Para stoik tidak akan ambil pusing terhadap apapun yang terjadi, mereka justru mencintai apapun yang terjadi. Memang mereka mengharapkan yang terbaik dalam hidup tetapi sudah mempersiapkan skenario terburuk dan sudah mempersiapkan juga apa yang harus dilakukan jika skenario itu terjadi. Kita menyadari bahwa apa yang ada di dunia ini sifatnya sementara dan bisa pergi kapan aja, jabatan, harta, orang yang kita cintai, barang kesayangan. 


Misalnya gini, kita sangat mencintai pasangan kita (pacar) dan berharap banget dia bisa seumur hidup dengan kita tapi satu waktu justru dia pergi meninggalkan kita, entah dia pergi bersama orang lain atau diambil sama Tuhan. 


Hal di luar kendali kita adalah apakah dia akan tetap bersama kita atau justru pergi meninggalkan kita. Sesuatu yang bisa kita kendalikan adalah perilaku kita dan berusaha sebaik mungkin, baik versi kita dan selaras dengan dia. Kalau toh akhirnya dia memilih pergi, seorang stoik tahu memutuskan move on dari persoalan itu dan mencintai apapun yang terjadi.


Para stoik berfokus pada penguasaan diri (self mastery) karena ketika kita tahu dengan diri sendiri maka kita akan lebih tenang. Dia juga tidak berteriak kepada orang lain bahwa dia yang terbaik, dia hanya menyuguhkan hal terbaik yang bisa dilakukan, sedikit bicara, banyak perbuatan. Less talk, act more.

"Berikan saya ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa saya ubah, keberanian untuk mengubah apa yang bisa saya ubah, dan kebijaksanaan untuk tahu perbedaan antara keduanya" - Reinhold Nieburh. 

Aku sangat beruntung bisa menemukan Stoikisme lewat Marissa Anita. Terima kasih sudah berbagi dan benar - benar mampu buat aku pribadi jadi lebih tenang. Kita hanya bisa kontrol yang bisa kita kontrol dan apapun hasilnya, kita tidak perlu cemas dan galau, hanya lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan. Cintai apapun kondisi yang terjadi. 


Kita tidak bisa kontrol orang lain, tidak bisa kontrol keadaan. Kita hanya bisa kontrol pemikiran kita dan tindakan kita, kita hanya bisa kontrol diri sendiri.


 


Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)