Anak-anak Menjadi Sasaran Kekerasan Seksual

Isa Oktaviani
By -
0

Ketika berbicara tentang anak sepertinya memang sangat menyenangkan dan tiada ada habisnya. Banyak hal yang akan menjadi topik pembahasan yang membuat obrolan menjadi lebih gurih.

Setiap hari ada saja kasus yang melibatkan anak baik sebagai korban maupun pelaku, tetapi yang lebih banyak terjadi adalah sebagai korban. Contoh yang baru-baru ini terjadi di Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya - Kalimantan Barat adalah kisah bocah SD yang direnggut keperawanannya oleh anggota keluarganya, termasuk abang sepupu nya sendiri.

Tentu sebagai masyarakat biasa kita merasa kasihan dan mengutuk perilaku bejat tersebut, lalu apa yang dapat kita perbuat ? Bisakah sebagai orang awam kita ikut melindungi mereka ?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul ketika kita melihat langsung kejadian yang menimpa anak.

Untuk memjawab kerisauan kita selama ini, saya akan sedikit berbagi pengalaman tapi sama sekali tidak bermaksud untuk mengajari hanya untuk membagikan apa yang pernah saya dapatkan.

Beberapa waktu lalu saya di undang sebagai perwakilan desa untuk mengikuti kegiatan yang membahas semua nya tentang anak.

Saya dan perwakilan desa lainnya pun terbuai dalam pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Banyak sekali informasi yang selama ini saya tidak ketahui ternyata berhubungan erat dengan aktivitas sehari-hari bahkan kita pun melakukannya.

Dalam pelaksanaan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) 2017 khusus 5 desa di Kabupaten Kubu Raya, ulasan demi ulasan disampaikan oleh fasilitator.

Kembali lagi kepada pertanyaan kita selama ini. Ternyata sebagai masyarakat awam pun kita memiliki peranan penting dalam perlindungan anak. Apabila ada anak yang mengalami pelecehan seksual kita berhak melaporkan pelaku kepada pihak berwajib karena penyelesaian secara kekeluargaan bukanlah jalan yang tepat karena dapat menimbulkan beragam dampak, maka harus dilakukan penyelesaian dengan proses hukum agar pelaku mendapat upah yang setimpal atas perlakuannya.

Permasalahan kekerasan seksual terhadap anak memang seperti santapan wajib yang harus dinikmati oleh kita. Kalimantan Barat pun masih menjadi daerah yang rawan akan kejadian ini.

Peristiwa ini bisa terjadi baik dilakukan oleh orang dewasa maupun anak itu sendiri. Misalnya, pada satu kejadian sebut saja di Desa D, ada ayah tiri yang tega menghamili anak nya yang masih usia belia. 

Penyelesaian yang biasa diambil adalah diputuskan dengan hukum adat dan secara kekeluargaan. Kasus ini pun terjadi kembali di daerah yang lain dan diselesaikan dengan cara yang sama.

Ada lagi kasus anak SMP yang tiba-tiba sudah hamil, ternyata itu hasil kerja dengan teman sebaya. Bingung apa langkah yang harus diambil sehingga ujung-ujungnya adalah menikahkan mereka. Hmmm... Usianya masing-masing masih sekitar 12 atau 13 tahun. Padahal menurut Undang-undang anak di bawah umur tidak diperkenankan untuk menikah, bahkan dalam undang-undang pernikahan itu untuk perempuan minimal 16 tahun bisa menikah sedangkan laki-laki usia 18 tahun.

Lalu bagaiamana dengan anak SMP ini tadi. Apakah menikah akan menjadi solusi terbaik ? Jawabannya tidak, mengapa ? 
Anak yang belum cukup usia untuk menikah akan mengakibatkan rumah tangga yang tidak ideal dan melanggar peraturan negara.

Langkah yang tepat adalah merehabilitas keduanya, si wanita tetap melajutkan hamilnya (jangan digugurkan) sedangkan laki-laki mendapat hukuman sekaligus direhabilitas.

Anak itu adalah emas yang sangat berharga maka kita semua berkewajiban untuk menjaga mereka sebagai penerus bangsa. Tidak ada lagi pembeda-beda untuk melindungi, siapapun dia dan dari manapun tetap kewajiban kita untuk melindungi.

Jangan biarkan mereka mendapat ketidakadilan dan jaga mereka selalu agar tidak salah langkah.
Cara nya adalah dengan memberikan perhatian khusus dan melakukan pendekatan kepada mereka.

Peran penting juga adalah keluarga, ayah dan ibu. Selalu sediakan waktu untuk berbicara dan berkomunikasi secara intens dengan anak agar mereka tidak merasa kesepian dan tidak ada tempat berbagi. Jadikan suasana keluarga yang selalu dirindukan dan tak bisa dilupakan.

"Akhiri Kekerasan Terhadap Anak di mulai dari saya"



Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)