Pentingnya Menjaga Keamanan di Media Sosial

Isa Oktaviani
By -
3


Pentingnya Menjaga Keamanan di Media Sosial. Beberapa waktu lalu di halaman facebook temanisa.web.id ada sebuah peringatan dari pengguna bahwa data dirinya telah digunakan orang lain yang tidak dikenal. Dia pun membuat postingan mengimbau semua temannya untuk tidak menanggapi apapun yang diucapkan oleh si pengguna dengan data dirinya.

Ternyata, ada orang tidak bertanggungjawab telah mengambil foto dan data diri dari Febrian (bukan nama asli) untuk kemudian digunakan sebagai alat menipu. Dia menggunakan nama dan foto Febrian untuk meminta sejumlah uang kepada rekan yang dikenal Febrian. Hal ini kejadian sehingga ada orang terdekat Febrian yang tertipu dan telah memberikan sejumlah uang karena disangka orang tersebut adalah benar Febrian padahal nyatanya bukan.

Tidak hanya itu, di kasus lain ada juga postingan yang viral karena ada keluarga yang dirampok rumahnya. Ternyata setelah ditelusuri, satu keluarga ini sangat aktif memposting kegiatan mereka di story media sosial sehingga tidak sengaja dilihat orang bahwa mereka sedang meninggalkan rumah dan kesempatan ini digunakan untuk melakukan aksi.

Contoh-contoh di atas adalah kejadian yang sepertinya biasa saja akan tetapi kita alami sehari-hari. Saat ini, hampir tidak ada orang yang tidak mengenal dunia maya. Masing-masing dari kita paling tidak memiliki 3 akun media sosial wajib, seperti Facebook, Instagram, dan Whatsapp. Belum lagi twitter, path, BBM, dan lain-lain. Aplikasi-aplikasi ini kita gunakan untuk berhubungan dengan orang terdekat, berbagi informasi atau sekedar bersilaturahmi.

Akan tetapi, sadarkah kita bahwa selama ini hidup kita sudah dikuasai oleh pemilik perusahaan ? Semua data diri berada di tangan mereka, bahkan kita seolah telah ditelanjangi. Hal ini karena setiap mendaftar dalam pembuatan akun media sosial setiap penyedia layanan meminta data-data wajib yang harus di isi. Sebelum akhirnya kita berhasil mendaftar, ada sejumlah poin penting yang harus disetujui, misalnya data kita menjadi milik perusahaan tersebut dan dapat mereka gunakan untuk apapun. Namun, tidak jarang kita hanya menyetujui saja tanpa memperhatikan poin tersebut, selain tulisannya yang panjang, berbahasa asing pula sehingga membuat kita tidak mau repot dan langsung klik setuju saja.

Data setiap pengguna yang telah dimasukkan akan direkam dan disimpan oleh perusahaan. Misalnya saja perusahaan raksasa, Google yang memiliki banyak data manusia di seluruh dunia. Sebab, bagi siapapun yang memiliki android maka secara otomatis harus membuat akun gmail agar dapat mengakses dan menggunakan smartphonenya. Muncullah istilah, barang siapa menguasai data maka dialah penguasa dunia.

Berkat data-data pribadi yang sudah kita setor tadi, maka dengan mudah dia melacak kita. Hal yang bersifat pribadipun diketahui, seperti tempat kita menginap dan jalan-jalan. Secara otomatis akan ada peringatan dari layanan bahwa kita sedang berada di tempat tersebut.

Bagi sebagian orang, hal ini cukup menganggu sebab ranah pribadi kita sudah dikuasai oleh teknologo sehingga tidak ada lagi hal pribadi yang dapat digunakan sendiri. Tidak hanya itu, orang-orang dengan mudah pula melacak keberadaan kita.

Data dari APJII tahun 2016 menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara dengan pengguna internet dan media sosial paling massif. Internet user ada 132 juta dari 252 juta penduduk, Mobile internet user ada 93 juta dan untuk pengguna facebook 70 juta, Instagram 19 juta serta Youtube 14,5 juta. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki akun-akun media sosial dengan membagikan data diri di berbagai platfoam.

Tentu saja banyak orang yang tahu tentang dirinya. Misalnya jika ingin mengenal seseorang, tidak perlu repot-repot untuk meminta nomor hanphone atau menebar gombal. Kita cukup mengintip akun media sosialnya maka semua ada di sana, dari tanggal lahir, agama, nomor handphone bahkan tempat yang biasa dikunjungi.

Melalui media sosial inilah kita mendapatkan sejumlah informasi yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dari pihak manapun. Maka, kita sebagai yang memiliki data, haruskah terus mengumbar data tersebut tanpa membentengi dan menjaga diri agar data tersebut tidak digunakan secara tidak benar oleh pihak tertentu.

Ada beberapa cara untuk kita melindungi diri dari sosial media yaitu, pertama tidak memberikan data yang sebenarnya seperti nama suami atau isteri atau hal-hal lain yang dianggap pribadi. Kedua adalah tidak memposting foto orang lain tanpa izin serta tidak mempulikasikan foto diri yang tidak layak untuk dipublikasikan. Ketiga yaitu mengatur di pengaturan keamaan dan privasi setiap platfoam sehingga kita dapat memilih siapa saja yang dapat melihat data yang kita masukkan. Keempat, mematikan lokasi yang tersedia di Google sehingga setiap aktivitas kita tidak selalu diintai oleh internet yang terus mengikuti. Terakhir adalah, bijaklah dalam bersosial media.

Dalam sosial media, tidak harus semua disebarkan, apalagi hal-hal yang sangat pribadi. Simpan saja untuk kebutuhan pribadi agar meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan. Ada kerugian pula bagi kita ketika menyebarkan semua hal di media sosial yakni data kita lagi-lagi akan digunakan oleh orang lain, karena di mana ada data di situ ada keuntungan bagi oknum tertentu.

Hati-hatilah dalam memberikan data kita di media sosial. Jaga data kita seperti menjaga keselamatan diri sendiri.

Post a Comment

3Comments

Post a Comment