Belajar Tekun dari Nenek Dimang

Isa Oktaviani
By -
8


Nenek Dimang menunjukkan tikar yang akan dibuat

Belajar Tekun dari Nenek Dimang. Jika seseorang dapat melihat dengan matanya, semua hal dapat dinikmati oleh alat indera tersebut. Diapun dapat bercerita dari apa yang dilihatnya kemudian dirajut melalui pikiran yang mengalir terus hingga berbentuk sebuah cerita yang utuh. Tapi, bagaimana dengan orang yang tidak dapat melihat, mampukah mereka membuat sebuah karya atau cerita ?

Sosok Dimang memberikan cerita lain untuk mengukir sebuah karya. Dimang atau akrab di sapa Nenek Dimang adalah seorang tunanetra yang bisa menghasilkan anyaman tikar yang rapi dari daun pandan.

Dia tidak dapat melihat sejak kecil akibat sakit cacar yang menyerangnya. Dia sengaja tidak mau diobati dan akhirnya tidak dapat melihat untuk selamanya. Keadaan yang tidak dapat diterima semua orang ini dijalani dengan iklas oleh Nenek Dimang. Sejak dulu, dia tidak pernah merepotkan orang-orang disekitarnya. Apapun dikerjakan secara mandiri tanpa minta bantuan orang lain.
"Dulu saya pernah melihatnya mengambil air ke sumur. Gerak geriknya seperti orang yang mampu melihat, jalan lurus saja dan bolak balik menganggkut air tanpa salah jalan. Dia memang berperilaku seperti orang melihat," cerita tetangga Nenek Dimang.

Proses Nenek Dimang mengayam tikar

Meski dirinya tidak mampu melihat seperti orang lain, nenek usia 80 tahun ini tidak pernah mengeluh sedikitpun. Apapun dilakukan untuk menyambung kehidupannya. Menjadi tunanetra membuat Nenek Dimang tidak menikah dan hidup tanpa adanya keturunan. Hingga kini, dia tinggal bersama adik dan keponakannya. Dalam rumah kayu tersebut, Nenek Dimang menghabiskan hari-harinya beraktivitas sebagai pengrajin anyaman tikar.

Usianya yang kini tak muda lagi membuat pendengarannya mulai tidak berfungsi dengan baik sehingga jika ingin berkomunikasi dengannya harus menggunakan nada yang sesuai. "Kalau kita ngomong dengan Nenek Dimang harus dengan volume yang pas. Jika kecil pasti dia tidak dengar, tapi kalau kita ngomong dengan suara nyaring dikirannya marah," kata sang adik.

Sejak dirinya kecil, dia memang tekun untuk membuat anyaman dan menjadi satu-satunya pekerjaan baginya. Hingga dirinya mulai senja dan menua, Dimang masih menjadi pengrajin anyaman tikar. Berkat tangannya yang telaten, setiap lembar daun pandan dapat disusun rapi dan menjadi sebuah tikar yang rapi dan kokoh. Mengayam tikar ini bukanlah pekerjaan yang mudah, ada banyak tahap yang harus dikerjakan.

Untuk mengambil daun pandan di hutan, Nenek Dimang harus meminta bantuan orang lain karena tidak ada yang mau mengizinkan Dimang seorang diri menjelajah hutan. Namun, proses membuang duri, merebus daun pandan hingga menjemurnya dilakukan sendiri oleh Nenek Dimang. Keadaan mata yang tidak dapat melihat cahaya ini, tidak jarang Dimang merelakan darah bercucuran dari jari tangannya saat membersihkan duri dari daun pandan tersebut. "Jari sering tertusuk duri dan sering luka juga. Ini masih ada bekas luka itu," ceritanya sambil menunjukkan kedua telapak tangannya.

Hasil anyaman Dimang ini diminati banyak orang. Tak sedikit pula yang memesan untuk digunakan di rumah. Tikar satu warna dengan ukuran bervariasi ini dapat diselesaian dalam dua hari. Uang penjualan tikar tersebut biasa digunakan pula untuk mengobati penyakit yang kini mulai mengerogoti dirinya. Sejak setahun terakhir, kedua bahunya membengkak sehingga membuat Dimang tersiksa.
"Kalau sedang sakit itu, biasa dia (Nenek Dimang) menagis karena tidak kuat menahannya," cerita sang adik.

Salahsatu karya Nenek Dimang beberapa tahun lalu


Namun, meski menderita sakit, Dimang tetap melajutkan pekerjaannya dan terus mengayaman helai demi helai daun pandan itu. Untuk merajut sisi tikar, Dimang menggunakan salah satu lantai papan yang sedikit lebih tinggi dari yang lain. Inilah tolak ukurnya sehingga tidak ada seorangpun yang dapat merubahnya. Jika ada seseorang yang iseng mengubah posisinya, maka dengan spontan Nenek Dimang mengetahuinya.

Menjadi seorang tunanetra sejak kecil, Dimang mandiri dengan kekuatan hati yang dimiliki. Hidup tanpa hadirnya sosok laki-laki di rumah itu mengharuskan mereka bekerjasama untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sebab, suami sang adik telah dipanggil Sang Ilahi lebih dulu menghadapNya di Surga.

Ketika memperhatikan Nenek Dimang mengambil air untuk membasahi dirinya. Terlihat dari jauh bahwa dia bukanlah seorang tunanetra, dia seolah sudah menyatu dengan alam dan dapat berbicara dengan mereka sehingga tak ada satu halpun yang menghalangi langkahnya. Apapun yang hendak dilakukan maka akan diraba dengan kedua telapak tangannya. Jari-jari tersebut akan membangun kerjasama dengan hati Nenek Dimang sehingga terjalin komunikasi sempurna untuk menyelesaikan satu tindakan.

Bagi Dimang, matanya boleh saja tidak melihat tapi hal itu tidak membuatnya lemah dan tergantung kepada orang lain. Hidup harus tetap berlanjut, pantang menyerah dan terus berusaha. "Buta mata tetapi tidak buta hati" katanya sembari tersenyum.

Ketika ditanya bagaimana dia bisa menyelesaikan anyaman tikar dengan rapi dan kokoh, Nenek Dimang hanya memiliki satu keinginan yang kuat. ”Kalo malopo atie bisa manjadi (kalau besar hati bisa menjadi), kalo rajin bisa manjadi (kalau rajin bisa menjadi)" Nenek Dimang.
Tidak hanya tikar yang dianyam oleh Dimang, tetapi ada bakul dan peralatan lainnya yang menjadi karya terbaik Nenek Dimang. Hasilnya rapi dan kuat menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Nenek Dimang, sosok tunanetra senja yang penuh inspirasi. Dalam hidup ini tidak ada yang tidak mungkin, apapun hambatannya. Selama ada kemauan yang besar maka akan terjadi, sebab dimana ada jalan disitu ada keberhasilan. Kata pepatah mengatakan "Proses tidak akan menghianati hasil"

#Day2
#IsaNaumiChallenge

Post a Comment

8Comments

  1. Keceeeee hayeee.
    Btw apa yang sakit, disitu tulisannya ndk dijelaskan.

    ReplyDelete
  2. Kereeeennnn. Yuuuk main lagi kesana saaa

    ReplyDelete
  3. ayokk, kita ajak bang den ksana sama2. .hehe

    ReplyDelete
  4. Selalu ada rasa haru biru tiap tiap membaca kisah-kisah seperti ini. Salam untuk nenek Dimang..

    ReplyDelete
  5. Oh bahunya, wah pantesan, apalagi kerjaan melibatkan bagian itu 😢. Semoga di sembuhkan dan diberi kemudahan. Amiin allahumma amiin

    ReplyDelete
  6. Kecee, udah tua sakit tapi tetap produktif. Wah salut bangett deh

    ReplyDelete
Post a Comment