Cerita Vaksin Covid - 19

Isa Oktaviani
By -
0

Cerita Vaksin Covid - 19



Sejak Maret 2020, Indonesia dilanda pandemi covid-19 yang memberi dampak sangat besar bagi kehidupan kita, hampir semua sektor mengalaminya. Kita akhirnya harus menerima tekanan ekonomi, pekerjaan bahkan batin. Kasus semakin meningkat bahkan di tahun 2021 Indonesia memecah rekor menjadi negara dengan penularan tertinggi setelah varian delta merambah ke tanah air. Pemerintah mulai mengambil langkah dan mengajak masyarakatnya untuk ikut divaksin guna memutus rantai penyebaran covid-19 serta sebagai menambah imunitas bagi kita. 


Akupun tak ketinggalan, mulai mendaftarkan diri untuk ikut divaksin. Akhirnya setelah mendapatkan giliran, aku mendapat vaksin pertama tanggal 5 Mei 2021. Waktu itu memang sedikit susah karena jatah pertama diberikan kepada nakes dan para guru tapi aku dapat bagian untuk aktivis. Vaksin jenis astrazenece meluncur dalam tubuh. Setelah vaksin, efek yang kurasakan cuma pegal aja sedikit di tangan kanan dan kiri, tapi temanku lemas dan demam. Ternyata karena dia tidak makan.

Khusus jenis AstraZeneca, kita harus menunggu selama 12 minggu untuk mendapatkan dosis kedua, berbeda dengan jenis sinovac, kita hanya perlu menunggu satu bulan saja. Tepat tanggal 28 Juli 2021, kami mendapatkan dosis kedua. Aku dan Ester datang lagi ke Persekolahan Santa Ursula, tepat di belakang Gereja Katedral Jakarta. Kali ini agak berbeda dari biasanya, tidak terlalu lama antri jadi cepat selesai. Waktu vaksin pertama, ada 2 kali pendaftaran yang cukup memakan waktu sedangkan dosis kedua kami hanya antri untuk masuk ke ruangan screening lalu tensi dan terima vaksin.

Sementara vaksin pertama, kami registrasi ulang, lalu menunggu di ruang tunggu, lalu ambil nomor antrian, masuk lagi ke pos berikutnya untuk registrasi ulang dan setiap pos antri. Setelah itu, kami tensi lalu terima vaksin. Cukup banyak sih yang harus dilewatin tapi yah selesai juga.

Efek vaksin kedua justru ada, aku mulai pusing dan mual setelah 2 jam vaksin dan akhirnya aku istirahat. Ini mungkin karena tekanan darahku lebih rendah dari vaksin 1 karena sekarang justru tekanan darahku di bawah normal, hanya 91 harusnya minimal 100an kata perawatnya.

Aku sangat bahagia bisa menerima vaksin AstraZeneca karena ada kisah kemanusiaan di sana. Cerita soal AstraZeneca ini dapat dilihat di tulisanku ini yaa Mengenal Sarah Gilber, Orang di Balik Vaksin AstraZeneca.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)