Perlu Sedikit Lagi Waktu Menyembuhkan Trauma

Isa Oktaviani
By -
0

Perlu Sedikit Lagi Waktu Menyembuhkan Trauma



Ada yang datang dan pergi, begitu pepatah berkata. Tapi, tak semua orang mampu menerima dengan waktu singkat. Aku bagian yang tidak mudah menerima dalam waktu singkat. Luka lama itu masih menganga, rasanya belum siap menyambut dia yang katanya akan memberi warna di hidupku, lagi. Apakah semudah itu akan percaya, lagi? Apa mungkin secepat itu membuka hati, lagi?



Pertanyaan ini sebenarnya gampang dijawab, tapi agak sulit direalisasikan. Aku pernah dalam kondisi yang menaruh seluruh kepercayaan sama orang dengan perawakan sangat baik, sopan, rajin ibadah pula, tapi justru dia berubah menjadi seperti pembunuh berdarah dingin. Yaa, dia hadir menjadi penghancur bejana kekuatanku, menghancurkannya tanpa sisa. Kemarin dia bilang akulah satu - satunya wanita yang bisa menghabiskan sisa hidupnya, menua dan menimang anak yang lucu - lucu. Aku sungguh bahagia dan benar - benar percaya dengan kata - kata itu. 

Tapi, besoknya dia malah mengajak perempuan lain untuk menjalani hubungan yang serius dan melangkah ke pelaminan. Aku gimana? Aku dibuang seperti sampah yang tak ada gunanya sama sekali. Aku menghilang dari kehidupannya, bahkan untuk berkomunikasi saja tidak lagi. Secepat itukah? Iyaa, seperti kilat yang tak bisa ditebak. Kamu tentu bisa membayangkan gimana hancurnya aku saat itu, saat aku tahu dia telah berkomitmen dengan perempuan lain, tepat sehari setelah kami berdua sedang memadu kasih seperti tak terpisahkan oleh apapun.

Setelahnya, apakah aku tidak berjuang? Kamu salah. Aku berjuang untuk bertahan sama dia, aku meyakini dia orang terakhir dalam hidupku. Tapi, apakah dia juga mau berjuang untuk hubungan kalian? Tentu saja tidak, TIDAK SAMA SEKALI. Wajar, dia merasa sudah menemukan orang baru, sosok yang baru berkomunikasi tak lebih dari satu bulan dengannya. Emang benar, ketika kita jatuh cinta, kita tidak tahu yang terbaik untuk kita, dengan mudah melakukan sesuatu yang justru membayakan diri sendiri.

Imbasnya, ketika ada yang baru dan datang mengajakku menjalankan sebuah hubungan, ada rasa takut yang mendalam, aku tidak percaya dengan kata - katanya. Sulit sekali membangun kembali kepercayaan itu. Di sini aku sadar, aku masih trauma, ya trauma yang mendalam apalagi kepada sosok yang terlihat sangat baik, sopan dan rajin ibadah. Yaa, aku paham, aku hanya perlu sedikit lagi waktu untuk menyembuhkan traumaku sampai benar - benar mampu menaruh percaya ke orang baru dan mau membuka hati untuk sebuah hubungan lebih dari teman. 

Aku sedang berproses untuk itu, sedang memperbaiki yang patah, runtuh dan berantakan. Aku sedang mengumpulkan pecahan - pecahan yang masih terlihat. Meyakinkan diri untuk membangun gedung yang lebih kokoh dan siap diterpa badai apapun. Aku yakin bisa melewati proses ini dengan baik.


Jakarta, 14 Agustus 2021

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)