Pengalaman Pertama ke Bali, Menikmati Sepotong Surga Dunia (Part 2)

Isa Oktaviani
By -
0

Pengalaman Pertama ke Bali, Menikmati Sepotong Surga Dunia (Part 2)






"Raise a cup up for all my day ones. Two middle fingers for the haters. Life's only getting greater Straight up from nothing we go. Higher than the highest skyscraper. No Little League, we major. The proof is in the paper. We put the good in the good in the good life. We put the good in the good in the good life"
----- Lagu : Good Life, G-Eazy, Kehlani -----

Kamu pernah dengar lagu di atas? Auto kebangun nggak sih pas dengar apalagi musiknya onfire banget. Itulah yang aku alami hari kedua di Bali ketika suara alarm Kak Dona berkumandang pukul 3 subuh. Bangun dan nggak bisa tidur lagi hehe, terus rebahan sebentar lalu siap - siap karena pukul 4 pagi kami akan berangkat menikmati sunrise ke Kintamani. Perjalanan dari Seminyak ke Kintamani akan memakan waktu 2 jam jadi meski berangkat subuh, masih ada waktu tidur di mobil.

Pantai Jimbaran

Tapi, udah dekat banget sama tempat tujuan eh malah ujan jadi kayaknya sih nggak bakalan lihat sunrise. Kami singgah di Paperhills, disambut dengan kabut yang memeluk badan dengan erat, dingin bangetttt. Waktu baru menunjukkan pukul 06.00 pagi dan kami masuk sambil cari tempat duduk. Nggak ada yang bisa dilihat di sekitar karena tertutup kabut, sama kayak jodoh, sama sekali belum kelihatan hilalnya, hahaha.

Kecewa nggak karena tak bisa melihat keindahan sunrise? dikit sih tapi tak apa, kami masih bisa menikmati udara segar nan sejuk ini sambil menikmati caramel hangat dan sepotong roti. Btw di sini banyak sekali pilihan makanan, mau berat atau ringan, pilih aja yang kita suka. Tempat ini bagus banget untuk foto meski nggak bisa ambil view di sekitarnya but hasil jepretan tetap okelah untuk jadi kenangan.

Paperhills, Kintamani

Setelah puas bersenandung dengan kabut dan bermesraan dengan dinginnya Kintamani, kami melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya. Nah, tempat ini katanya sih sangat spesial karena unik dan hanya ada satu - satunya di dunia. Aku penasaran juga, nggak sabar mau menyaksikan langsung. Perjalanan dari Kintamani menuju tempat ini kurang lebih 20 menit. Setibanya di lokasi, kami langsung di sambut dengan pemandangan yang luar biasa mantap, duh bersih dan rapi banget. Ini loh yang namanya Desa Penglipuran, tempat yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia tahun 2017.

Para pengunjung dipersilahkan untuk menikmati pesona desa terbersih ini dan boleh juga masuk ke rumah - rumah warga karena kita sudah dianggap kayak keluarga sendiri. Menariknya, para pengunjung juga bisa menyewa baju adat Bali untuk foto - foto dengan harga yang sangat - sangat terjangkau, under 100ribu. Kalau nggak puas sewa, kamu juga bisa beli dan bawa pulang, harganya juga murah meriah. Selain bisa foto - foto, kamu bisa menikmati makanan atau buah khas daerah sini, kayak rombonganku pada makan durian sama salak. 

Desa Penglipuran

Setelah puas memanjakan mata dan lidah di tempat istimewa ini, kami melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya. Iya nih, padat banget jadwal kita, bund. Waktu menunjukkan pukul 11.40, kami menuju Bebek Tepi Sawah (khusus di tempat ini, kita harus booking dulu supaya nggak kehabisan bebeknya dan nggak perlu nunggu lama juga sih nantinya). Perjalanan dari Desa Penglipuran ke Bebek Tepi Sawah ini ditempuh dalam waktu 20 menit juga. Tiba di pintu masuknya, kita disambut dengan bangunan khas Bali banget, tempatnya adem dan nyaman.

Bebek Tepi Sawah

Rombongan Glowing Tour lewat sini, kata pelayan menunjukkan arah. Kami dapat tempat paling ujung, lewat sawah dikit. Aku suka banget karena ini ruangan terbuka dan tradisional banget jadi berasa di kampung, bisa makan sambil nikmatin sawah, sayang aja baru selesai panen jadi kurang hijau tuh pemandangan. Satu per satu makanan datang, kami berdoa bersama lalu makan siang bareng. Ini bebek terenak yang pernah aku makan, luarnya kering dan kriuk tapi dagingnya empuk banget. Kayaknya kalau dikasi satu ekor juga beres, ini aja setengah ekor berasa agak kurang hehe. Bebek ini semakin nikmat ditemani dengan 3 sambel berbeda terus sayur kacang panjang yang masaknya kok enak banget, nikmat di lidah. Nagihh sih, harus makan lagi nih nanti.

Perut sudah kenyang, foto bagus sudah dapat tapi masih ada tempat yang menanti di sana. Taman Dedari sudah memanggil, kamipun tak mau menyia-nyiakan waktu lagi. Cuss deh ke sana dan aku baru tahu ternyata lokasi yang pernah digunakan sebagai tempat shooting lagu Wonderland Indonesia ini adalah taman di salah satu hotel bintang 5 di sana. Tempat ini benar - benar jauh banget dari ekspetasiku, aku kira tamannya besar dan luas ternyata secuil banget hehe tapi cukuplah bikin video lari - lari pake kain tenun Jepara lalu nanti di slowmotion dan tambah musik Wonderland Indonesia. Sebenarnya, Taman Dedari ini jadi salahsatu tempat yang paling dinanti dan bikin Kak Dona nggak jadi pulang duluan demi foto di sini tapi pas sampe ke sini, eh agak jauh ya dari bayangan.

Taman Dedari

Kita sudah menikmati keindahan patung besar dan tinggi di Taman Dedari sembari menikmati sajian minuman hotel berbintang yang harganya sangat terjangkau, enak juga penyajiannya. Tempat ini cukup bagus sih, hotelnya dihiasi dengan kayu - kayu ala tradisional dan ukiran khas Bali banget. Cukup mampu menajakan mata untuk yang suka dengan hal tradisional. Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Jimbaran untuk menikmati sunset sambil makan malam bersama di sana. Perjalanan turun sekitar 2 jam dari Taman Dedari, lagi - lagi pada tidur nih di perjalanan.

Sebelum ke Pantai Jimbaran, teman - teman rombongan 1 swab antigen dulu di dekat Bandara karena besoknya akan kembali ke Jakarta. Selesai swab, kami langsung melaju ke Pantai Jimbaran. Waauu, baru sampai langsung disambut pasir dengan awan menawannya. Ombak melebur malu - malu sambil memanggil kami untuk bercanda ria dengan mereka. Kayaknya udah lama banget nggak menikmati sunset di pantai dengan hamparan pasir dan desiran ombak. Kini semakin istimewa karena ada sajian makan malamnya. Makanan ini sopan banget masuk dalam perut sambil dihembus angin segar. Malam mulai menghampiri, meja kami didatangi oleh teman - teman musisi jalanan, 2 buah lagu dimainkan, saweranpun mulai mengelilingi kami. 

Pantai Jimbaran

Teman - teman ini bermain musik sangat manis, lengkap alat musiknya dan enak banget dinikmati. Berbagai lagu koplo dimainkan di meja sebelah dan memanggil jiwa hits untuk joget bersama. Mulai deh, dari lagi 1 hanya meja tetangga yang joget tapi lagu kedua, ketiga sampe keempat, penghuni meja rombongan kami mulai terpanggil dan ikut berjoget ria. Setelah keringatan, kamipun menyudahi keceriaan di tepi pantai penuh kenangan itu lalu kembali ke Villa. Setibanya di Villa, kami langsung memburu kamar mandi untuk bersih - bersih diri tapi aku sendiri mengumpulkan kado teman - teman yang nanti akan dibagikan, sambil dapat giliran mandi dari teman sekamar.

Pukul 21.00 kami berkumpul di bawah, depan kolam renang, menyampaikan sepatah dua patah kata dari perwakilan rombongan lalu dilanjutkan dengan bagi - bagi hadiah. Sebelum berpisah, kami bertukar hadiah dulu. Aku kebagian memberi nomor di setiap kado dan membagikan potongan kertas yang sudah aku tulis angka di dalamnya. Setiap orang mendapatkan 1 nomor sesuai dengan angka di bungkus hadiah tersebut. Yeeeyy, semua bahagia nih dapat hadiahnya lucu - lucu. Aku dapat kain Bali, ada yang dapat botol minum, bantal, box makanan, totebag, powerbank, penangkap mimpi, dan lainnya.

Pura Ulun Danu

Tapi, sebelum acara tukar kado berlangsung, ada drama agak lucu nih, si Tri terkunci di toilet, hehe. Semua heboh dong, aku buru - buru telpon keamanan Villa minta dibukain dan Mba Evi, Mba Mua, Mba Ulfi, Mba Vicky, Ibu Micha, Ai, Kak Dona sama Tika bantuin semangatin Tri biar bisa keluar. Meski keliatan sedikit ketakutan manjat jendela, tapi Tri berhasil keluar setelah dipandu sama Ai. Aman deh. Setelah drama itu selesai, baru datang si keamanan Villa untuk perbaiki pintu toilet kamar Tri dkk.

Tanggal 29 September, rombongan 1 harus kembali ke Jakarta, Villa jadi sepi tapi kami rombongan 2 masih melanjutkan perjalanan. Setelah rombongan pertama berangkat ke Bandara, kami melanjutkan perjalanan ke Pura Ulun Danu, Gerbang Handara dan makan di Nasi Tempong Indra. Setelah makan, kami berangkat menuju Pantai Kuta dan kembali membeli oleh - oleh di Krisna. 

Hari terakhir, 30 September, pagi - pagi banget kami jalan kaki dari Villa menuju Pantai Gado - Gado. Lumayan asik sih tempatnya, cukuplah untuk melepas rindu bersama pasir dan ombak. Lalu kembali ke Villa dan siap - siap kembali ke Jakarta. Pukul 08.00 kami berangkat dari Villa ke Pantai Melasti, salah satu pantai sangat bagus yang pernah aku datangi. Sampai di tempat ini, tebing mulai menyambut dengan gagahnya dan diselimuti awan setengah mendung setengah biru (ini kayaknya si awan galau karena tadi di jalan menuju ke sini hujan tapi kami berdoa biar diberi awan yang bagus).

Gerbang Handara

Singkat banget waktu kami bercengkrama dengan Pantai Melasti ini, rasanya belum puas (masih sayang banget untuk ditinggal) tapi harus buru-buru ke Bandara. Apa mau dikata, dengan berat hati dan masih rindu, kami harus meninggalkan belaian manja Melasti. Sampai jumpa, semoga bertemu kembali.

Ini dulu yaa cerita singkatnya, untuk cerita detail setiap tempat wisata, semoga aku bisa sharing di Jelajah Indonesia, web khusus aku cerita tentang tempat wisata. Btw ini adalah tulisan part 2 ya. Part 1 kamu bisa baca di sini:  Pengalaman Pertama ke Bali, Menikmati Sepotong Surga Dunia

Sampai jumpa di perjalanan berikutnya. Terima kasih.


Pantai Melasti

Desa Penglipuran









Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)