Catatan Perjalanan Tahun 2022

Isa Oktaviani
By -
0


Setahun sudah vakum menulis di blog ini, kok rasanya agak sedikit kaku yaa hehehe. Senang sekali akhirnya ada gairah untuk bercerita yang sebelumnya sempat benar-benar berhenti. Awalnya karena sedikit sibuk mengurus Bapak yang sakit keras di akhir tahun 2021 dan akhirnya harus berpulang di keabadian di Feb 2022, tanpa disadari kejadian itu cukup menyita energi dan emosional. Bahkan, aku tidak menceritakan apa saja yang kualami sepajang tahun 2021. Sebelum merangkai catatan nano-nano 2022, aku coba rangkum sedikit apa saja yang terjadi sebelum 2022.


2021 recap

Tahun yang penuh tantangan dan kegelisahan, meski Januari - April sepertinya biasa aja tetapi badai mulai menerpa di Mei 2021. Kejadian 2021 yang takkan terlupa adalah "patah hati yang sepatah-patahnya" dan tak pernah kebayang sebelumnya. Yaaappp, dia yang pernah aku minta dalam doaku ternyata memilih perempuan lain untuk dinikahi. Sedih, kecewa, stress dan a little bit depression semua menyatu yang aku sendiri nggak bisa deskripsikan. Intinya susah makan, susah tidur, nggak semangat kerja dan of course nangis. Mei sampai Juli akhir berbagai fase aku lewatin, berbagai upaya memulihkan diri aku jalanin dan Puji Tuhan, cara jurnaling, yoga, jalan pagi, meditasi, baca buku dan baca Kitab Suci cukup membantu masa itu serta membawaku kenalan dengan stoikisme.

Betapa baiknya Tuhan mengirimkan Ibu Suri di bulan Agustus yang cukup membantu dalam hal spiritualku, ada begitu banyak nilai-nilai kehidupan yang beliau sampaikan ke aku akhirnya membuatku merasa lebih membaur dengan semesta. 17 tahun terpaut sama beliau kayaknya membuat pengalaman hidupnya sangat amat bermanfaat untukku pelajari, pisah sama mantan membuat aku cukup bersyukur dipertemukan dengan mentor kehidupan yang aku belum pernah ketemu sosok seperti doi sepanjang 26 tahun berpetualang di dunia ini, hahaha terdengar agak berlebihan yaaa. 

2021 jadi tahun yang penuh makna, sarat pembelajaran hingga membawa aku menemukan diriku yang selama ini kayaknya aku hidup bukan untukku, tapi buat menyenangkan orang lain, tidak tahu kapasitasku sejauh apa, tidak mengerti mauku apa. Ternyata Tuhan mau aku melewati masalah yang besar (lewat patah hati) supaya aku bisa bertemu dengan diriku, mengenal lebih dekat aku dan menghadirkan self-love yang kayaknya sejauh ini aku tidak melakukannya. Thank you 2021 untuk kecewa, patah hati, cinta dan bahagianya. Sekarang, mari kita berangkat ke tahun 2022. Seperti biasa, tulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian, pertama bulan Januari - Juni dan bagian kedua Juli - Des.

Januari

Mengawali 2022 dengan goal setting, ini semacam tradisi di bisnis Prudential. Jadi kita berkumpul di kantor dan karena ini masih tahun pandemi jadi ada pula yang ikut secara online. Kantor ngundang pembicara yang mahir NLP untuk ngajak kita berpikir dan memahami apa sih yang kita butuhkan, sejauh apa hal itu penting untuk kita. Kala itu, coach Ariesandi yang membawa kami untuk mengawali 2022 penuh makna, satu hal yang aku ingat dari beliau adalah otak kita ini seperti google map, jadi misal kita mau sesuatu yaa harus disebutkan secara detail, harus mencakup apa, dimana, kapan, berapa, siapa. Contoh : Isa bangun rumah seharga 10 Milyar tahun 2024 di BSD City.

aku dan Ibu Suri pertama ketemu

Januari juga membawaku bertemu langsung sama Ibu Suri, mentorku, ci Aleng si guru konsisten yang warm heart, ci Sanny, ci Shelly dan leader lainnya di kantor. Happy banget meski perdana ke kantor, nggak ada yang dikenal tapi disambut baik dan hangat. Bulan ini juga berkesempatan ikut social projectnya Ibu Suri, berbagi ke masyarakat kurang mampu untuk perayaan ulang tahunnya, kali ini kita ke kampung Kampung Pasir Jeruk dan Selapajang, selengkapnya bisa baca di sini.

Pebruari

Bulan penuh cinta tapi menjadi bulan berkabung bagi keluargaku. Pertama kalinya kami kehilangan keluarga inti, Bapak harus berpulang ke keabadian untuk selamanya. Januari akhir sempat masuk rumah sakit selama seminggu, lalu dibawa pulang atas permintaanya (mungkin tanda-tanda dan maunya meninggal di rumah aja). Tepat dihari raya Imlek tahun lalu, aku terbang dari Jakarta ke kampung atas panggilan Ibu karena Bapak udah sangat parah, suara menghilang, makanpun enggan. Ibu memintaku membelikan sejumlah kebutuhan untuk orang berpulang, dalam tradisi kami, semua harus serba putih. Aku mulai memesan setelan jas putih, atas bantuan seorang teman, nemu yang pas, jas bagus kayaknya harga termahal sejauh ini yang pernah aku beliin untuk bapak :(

Kemudian, paling sulit adalah nyari sepatu pantofel putih karena sangat jarang ada yang produksi, aku keliling beberapa mall di Jakarta tapi tak satupun ketemu, ikat pinggang juga sama. Karena kepepet dikejar waktu, aku minta bantuan teman nyari di Pontianak pun tidak nemu. Aku berdoa sama Tuhan semoga dimudahkan. Akhirnya terbang ke Pontianak, sebelum pulang ke Ambawang, aku mampir dulu ke salah satu mall dan Puji Tuhan ketemu sepatu putih dan ikat pinggang putih. Aku sampai rumah melihat keadaan bapak yang amat menyedihkan, nggak bisa dideskripsikan deh. Sebelumnya, keluarga juga sudah minta bantuan Romo untuk doa perminyakan orang sakit, ini salah satu doa berserah yang paling pasrah, kita hanya minta sama Tuhan, jika memang harus berpulang, kita iklas tapi jika belum, tolong sembuhkan. Abangku dari Ketapang belum datang, kami semua sudah berkumpul.

100 hari Bapak, udah bisa senyum

Tanggal 1 - 3, kami seperti ronda, giliran jaga bapak karena beliau harus dipegang kiri kanan untuk memberikan rasa tenang dan nyaman. Siang hari, dijaga oleh kakak sementara aku kebagian jaga malem sampai pagi, sebagai morning person, aku cukup tersiksa dengan kebiasaan baru ini karena biasanya aku tidur jam 10 malam dan bangun jam 5 pagi, tapi demi orang tua, apa sih yang enggak. Kadang siang hari juga aku harus ke rumah sakit untuk melihat hasil periksa Bapak.

Aku ingat, saat itu hari Kamis tanggal 3 Pebruari, aku ke rumah sakit untuk melihat hasil lab Bapak. Aku tidak kaget ketika hasilnya keluar karena sebelum pulang, dokter sudah memberi sinyal ada tanda-tanda kanker, ternyata benar, bapak mengidap kanker paru stadium 4. Aku tanya dokter apa yang harus dilakukan, pilihannya dua, pengobatan rutin atau kemo. Salah satunya harus dilakukan di Jakarta.

Lalu aku menanyakan semuanya dan apa yang dibutuhkan, aku udah siapin berkas dan akan membawanya ke Jakarta. Harusnya akan mengambil satu lagi, hanya bisa besok, Jumat 4 Pebruari jam 6 sore. Aku pulang dengan perasaan gelisah dan sedih tapi hanya bisa berdoa dan pasrah. Jumat tiba, aku berecana akan ke Pontianak pukul 4 sore tapi sekitar pukul 14.30 seisi rumah teriak dan nangis-nangis, aku yang lagi siap-siap diminta ikut di sana. Mulai dari kakak pertama sampai aku yang bungsu, kami mengelilingi bapak, memegang erat tangan dan kakinya, sambil berdoa. Aku yang nggak pernah nangis di depan orang lain, seketika pecah saat menyaksikan bapak menghembuskan napas terakhirnya. Selamat jalan bapak, kami mencintaimu, tapi Tuhan lebih sayang Bapak. (ternyata sedih itu masih ada, bahkan untuk menceritakan kembali lewat tulisan ini, aku tetap menangis).

Kami melewati berbagai tradisi agama dan budaya untuk pemakaman Bapak, banyak sekali prosesinya, mulai dari hari pemakaman, 3 hari, 7 hari dan nanti ada untuk 40 hari juga 100 hari. Semua dilewati dengan penuh cinta, meski kehilangan tapi setidaknya bapak sudah tidak sakit lagi. Mungkin ini salah satu makna yang harus aku terima saat mengenal stoikisme. Jadi belajar untuk kontrol respon atas apa yang terjadi, terlebih kehilangan salah satu sosok tercintanya kami untuk selamanya.

Maret

Bulan ketiga di tahun ini, perasaan masih campur aduk but life must go on dong. Sesuai janji aku di tahun lalu, untuk perayaan bday di Oktober kemarin, aku dan kak Dede mau bikin social project kecil-kecil-an. Kami berdua memilih Sekitar Pendidikan, sekolah alam yang didirikan dan dibina oleh Doni di lingkungan yang sangat terkenal di Pontianak, terkenal dengan angkernya karena banyak pencuri juga pengedar narkoba di sana. Kehadiran sekolah ini diharapkan memberikan harapan baru bagi generasi muda di sana agar punya mimpi dan mau meraihnya.

Kami hanya mempersiapkan hadiah kecil, bermain dan belajar bersama dengan mereka. Full happy, full senyum karena anak-anak di sana sangat ramah, aktif dan ceria jadi aura positif mereka secara tidak langsung juga memberikan energi positif kepada siapa saja yang menjumpainya. Selain itu, aku juga berkunjung ke komunitas Parmalim di Bogor, agama lelulur suku Batak, ah baru tahu ternyata ketulusan dan kesetiaan itu sangat dijunjung oleh mereka. Kami makan bersama dengan masakan khasnya dan harus dimakan pake tangan, nggak pake sendok, berasa banget kekeluargaannya.

April

Ingat banget ini aku wall climbing bareng ci Aleng di FX Sudirman, dekat GBK. Padahal aku takut ketinggian tapi berkat olahraga ini jadi nggak terlalu takut lagi dan yang bikin happy, abis kita manjat-manjat lalu ngopi sambil dengerin kotbahnya ci Aleng tentang kehidupan, hahahahaha. Kalo aku bilang sih, ya itu sesi belajar dari praktisi langsung.

April berhasil menorehkan salah satu kenangan termanis dalam hidupku, akhirnya bisa ke Papua. Salah satu provinsi yang pengen banget aku datangi dan berkesempatan menyantap papeda langsung dari asalnya. Kami turut menghadiri Konferensi pertama Analisis Papua Strategis di Biak, Papua. Selain mengikuti serangkaian acara, kami coba mendekatkan diri bermanja dengan indahnya alam Biak. Goa biru mampu menenggelamkan rasa dan bermadu kasih bersama air terjun Karmon juga Nafsarak di Biak Numfor, tentu saja semburan kasih Pantai Batu Picah tak berhenti membasahi sanubari.

Indahnya Biak, telah membiusku sampe aku tak merasakan sedih maupun kecewa ketika handphoneku rusak karena disambar Pantai Snudi di hari pertama saat aku menikmati birunya laut di sore hari setelah mau basah-basahan menikmati sepotong surga di Raja Tiga Biak. Ya sudahlah, keindahan Biak sudah menyelimuti hati, semua tampak indah dan berkesan.

Mei

Akhirnya kembali ke Jakarta, hidup tanpa handphone beberapa hari, ya sedikit agak beda sih. Awalnya mau beli samsung lagi tapi tipe yang lebih tinggi dari yang kemaren rusak tapi kok pas pulang ke rumah, malah bawa merk lain yaa. Hahaha, padahal udah plan sejak dari Papua, udah nonton review dan mantap beli itu. Tapi kok Iphone 13 lebih menggoda, apa mungkin karena ada angka 13 jadi bikin jatuh hati karena bagiku angka 13 adalah keberuntungan (karena dulu kuliah tahun 2013).

Mei juga kami habiskan dengan perayaan Idul Fitri bersama di rumah Pak Ust Nur, tentu saja tamunya adalah teman-teman lintas agama dan di sini juga akhirnya ketemu Delly, anak Kalbar yang gemar bermain sape', alat musik tradisional Dayak. Alunan musik dimainkan, membawa kami larut di dalamnya dan menambah suasana lebih syahdu. Selain lihai memainkan sape', ternyata Delly juga jago nari Dayak, jadilah dia pengajar tarian Dayak dadakan. Lah aku berasa bukan orang Dayak, wkwkwk, nari nggak bisa, main alat musik juga ga bisa, aku bagian rekam video aja deh, hahahaa.

Juni

Aku berasa damai dan nyaman banget ketika ketemu yang ijo-ijo. Waktu itu, kita diajakin trekking ke Sentul sama Ci Aleng, kayaknya rombongan kita ada sekitar 20an orang. Aku naik mobilnya Jymmy bareng Rinda, kak Dede, kak Martini juga Hendra, seru banget semobil sama mereka, kita karaoke bareng sampe main tebak judul lagu. Juni akhir, aku juga ikut trekking lagi bareng teman-teman lintas iman, tapi kali ini jalurnya beda. Kita hanya ketemu air terjun aja tapi cakep. Kalau yang bareng rombongan ci Aleng, kita mendaki di Puncak Kuta dan diakhiri dengan air terjun.

Udah puas main-main di alam, Juni juga ngasi kado terbaiknya karena aku bisa jadi lulusan terbaik di Dynamic University pertengahan bulan Juni. Dynamic University ini program yang dibuat oleh agency aku untuk mendorong agar kami para agent bisa promosi Associate Agency Director (AAD) dengan menghadirkan tenaga pengajar para TOP Leader yang udah kompeten banget di bisnis ini jadi apa yang diajarkan itu practicable banget. Kelasnya diadakan selama 3 bulan dengan pertemuan 1 minggu sekali, setiap Rabu malam. Penilaiannya itu dilihat dari kehadiran, jumlah rekrut tim dan juga produksi kita.

Oke, cerita 6 bulan di 2022 cukup. Kita lanjut Juli sampai Desember di tulisan berikutnya yaaa.
baca selengkapnya di sini yaaa Catatan Perjalanan Bagian II







Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)