Catatan Perjalanan 2018 (Part 2)

Isa Oktaviani
By -
0


Perjalanan tanpa catatan seperti sayur tanpa garam. Bulan ketujuh di tahun 2018, ada banyak kegiatan penting singgah dalam aktivitas sosok mahasiswa lama seperti saya.

7. Juli

Apa yang menjadi pergumulan di bulan ini selain bolak-balik kampus, liputan dan sibuk dengan rapat kegiatan. Itulah rutinitas yang tak luput dari ingatan.  Tahun 2018 menjadi berkat bagi Kalbar karena berhasil menjadi tuan rumah Pesparawi Nasional. Saya juga ikut andil dalam kegiatan tersebut yakni menjadi LO atau pendamping kontingen. Saya membersamai kontingen dari Jawa Barat dan selalu hadir bersama mereka setiap acara. 

Sejatinya waktu memang diluangkan untuk apa saja termasuk menjadi asisten penguji untuk Uji Kompetensi Jurnalis yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen. Ini merupakan kesempatan kedua setelah tahun lalu juga dipercaya sebagai asisten penguji.

8. Agustus

Bulan yang penuh berkat karena dapat berjumpa langsung dengan idola sejuta umat, siapa lagi kalau bukan Alisa Wahid, koordinator Nasional Gusdurian. Akhirnya bisa bertatap muka di acara TUNAS (Temu Nasional) Gusdurian se-Indonesia di Yogyakarta. 

Bonus dari pertemuan ini adalah liburan ke Daerah Istimewa yang terkenal dengan kota pelajar sekaligus kota wisata. Ada banyak yang dapat dinikmati di sini.

Kemarau melanda Pontianak dan sekitarnya, tak heran kabut asap merajalela hingga sekolah TK hingga SMA libur beberapa kali. Tapi, kabut asap tidak mengurangi semangat kami menjelajah Pontianak karena ada tamu dari jauh yang berkunjung yakni Bunda Ana, sosok inspiratif yang sangat mengayomi siapa saja selayaknya anak sendiri.

Memang Agustus penuh dengan rahmat yang melimpah, waktu yang telah lama ditunggu akhirnya tiba juga. Sidang Skripsi atau pertanda melepaskan jabatan sebagai mahasiswa lama akhirnya terjadi di bulan ini, setelah satu tahun menunggu kini doa itu terkabul juga.

9. September

Sembari revisi setelah sidang skripsi, September saya di isi dengan acara Generasi Positif Thinking (Gen Posting) di Pontianak, kegiatan sangat menarik dengan keahlian untuk memanajemen media sosial, bijak dan tangkal hoax. Banyak manfaat yang didapat dari kegiatan ini.

Memang hidup itu tidak terlalu jauh muaranya, saya diajak untuk ikut dalam kepanitiaan Festival Media AJI se-Indonesia di Pontianak. Ingat banget dengan ini karena menang kontes foto dengan hadiah cukup menakjubkan. Lebih menarik lagi karena tema yang diangkat adalah Diversity in the Heart of Borneo menambah cita rasa cara ini.

Setelah melewati beberapa kegiatan, kini lanjut lagi dengan agenda lainnya yakni menjadi panitia kembali di kegiatan Komnas Perempuan untuk Judisial Review kebijakan daerah dengan mengumpulkan pejabat daerah dan NGO khususnya mereka yang fokus dalam pembuatan aturan daerah. Dalam kegiatan ini menjadi salahsatu pengumpulan dana kegiatan Temu Pemuda Lintas Iman Kalbar yang sudah direncanakan sejak Juni 2018.

10. Oktober

Oktober atau bulan kelahiran diawali dengan kegiatan Juru Bicara Pancasila di Pontianak, kini menjadi panitia (lagi). Puluhan orang hadir dengan semangat membangun kekeluargaan dalam balutan pancasila. 

Setelahnya adalah beragam aktivitas untuk persiapan Tepelima Kalbar dengan segala bumbu-bumbunya. Mulai dari rapat hingga pengalangan dana.

Rangkaian Oktober ditutup dengan sajian sangat istimewa karena ini sudah lama ditunggu terutama oleh kedua orangtua dan keluarga besar tentunya. Wisuda atau pelepasan Kartu Mahasiswa untuk menyandang status alumni. Ini merupakan kado terindah yang pernah saya dapatkan selama 23 tahun belakangan.

11. November

Bulan ini sepertinya yang paling ditunggu karena akan melaksanakan kegiatan pertama di Kalbar yakni Tepelima atau Temu Pemuda Lintas Iman Kalbar yang dikemas dengan camp keberagaman. Belum ada kegiatan serupa di Kalbar untuk mempertemukan kaula muda dalam merawat keberagaman.

Sebagai pembukaan kegiatan, kami mengadakan Nobar dan Diskusi tentang pandangan keberagaman pemuda lintas iman serta musikalisasi puisi.

Acara puncak yakni Hari-H Tepelima Kalbar dengan menghadirkan pemuda lintas suku dan agama selama 4 hari 3 malam dengan beragam kegiatan, mulai dari materi, talkshow, outbond hingga kunjungan ke rumah ibadah. Ini sangat membekas karena saya merupakan orang yang menginisiasinya kemudian mengajak teman-teman lain untuk merealisasikan. Kegiatan seperti ini memang sangat penting karena Kalbar memang rentan terhadap konflik berlandaskan perbedaan suku.

Baru saja selesai kegiatan Tepelima lanjut lagi dengan kegiatan Bakti Sosial bersama Volunteer beragam Komunitas di Pontianak. Niat baik tersebut dilaksanakan di MI Darussalam, Sungai Rengas Kubu Raya.

12. Desember

Mengawali bulan terakhir di 2018, kami berangkat ke Pare, Kediri Jawa Timur untuk belajar bahasa Inggris. Datang di tempat baru dengan segala sesuatu sangat berbeda dari tempat asal tapi setelah dinikmati ternyata cukup nyaman.

Perjalanan sebelum ke Pare juga mengukir kenanagan manis dengan Kapal Pelni, berjumpa orang-orang baik di kapal seperti saudara sendiri.

Pare memang dekat dengan beragam tempat wisata, dan kesempatan ini jangan disia-siakan, kami berlibur ke Bromo setelah program belajar selesai. Selain ke Bromo, wisata dilanjutkan ke Gereja Pusharang, Kediri dan Gumul.

Desember mempertemukan saya dengan sosok yang luar biasa, seorang gadis kecil dengan kecakapan yang tidak ada tandingannya pada anak usia 8 tahun. Dia adalah Caca, sosok istimewa dari Kampung Inggris, Pare.

Desember di tutup dengan pesta pergantian tahun oleh beberapa camp dari lembaga Global English, ada Saigon, Brata, Alaska, serta Nusantara.

Selamat tinggal 2018, terimakasih untuk lukisan yang tak terlupakan.
Selamat datang 2019, semoga bisa menjadi sosok yang bermanfaat bagi banyak orang.

Baca sebelumnya : Catatan Part I

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)