Catatan Perjalanan Tahun 2018

Isa Oktaviani
By -
0

Setiap waktu ada masanya, setiap masa ada waktunya. Tahun 2018 telah berlalu, kini kita mulai menapaki cerita baru pada kesempatan yang baru pula. Tapi, setiap masa yang telah usai, banyak kenanangan terlukis dan sangat sayang untuk dikubur begitu saja. Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari kebiasaan melupakan, maka agar tak hilang didekap waktu, catatan perjalanan selama 2018 akan saya rangkum dalam ulasan ini.

1. Januari

Kekeliruanku tidak mencatat segala hal yang dilakukan sejak awal tahun. Tapi, tahun 2018 di bulan Januari menjadi rutinitas untuk menimba ilmu di kampus. Saat-saat sibuk menjelang akhir semester delapan dan bersiap untuk proposal skripsi.

Memori yang teringat hanya menjadi panitia lokal dalam kegiatan Hibah Dana untuk merayakan keberagaman kreativitas perempuan Indonesia di Pontianak. Jadi panitia sendiri dan menyiapkan segalanya memang cukup repot karena harus mencari satu persatu perempuan pegiat seni dan kreativiras lainnya. Tapi, lewat kegiatan ini jadi banyak kenal orang baru termasuk Mba Puji, seorang pelukis yang punya karya menakjubkan.

2. Pebruari

Menjadi seorang blogger memang menyenangkan, banyak kegiatan yang diikuti, selain menambah ilmu baru, beragam kegiatan itu juga tak jarang menambah isi dompet. Bulan kedua di tahun 2018, ini beberapa kegiatan yang pernah saya ikuti yang tercatat di jejak temanisa.web.id. Pertama mengikuti Internet Ceras bersama Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, dimana kita harus menjaga data kita agar tidak disalahgunakan pihak lain. Paling menyenangkan adalah dapat menikmati sajian menu baru dari Harris Hotel Pontianak

Tak hanya itu, berhubung dengan Pontianak sebagai kota kuliner, sayang banget kalau tidak menikmati semua sajiannya, kamipun ikut dalam kegiatan Pontianak Food Festival. Nah, sebagai seorang blogger, optimasi blog itu sangat penting agar blog kita di baca banyak orang, saya merasa sangat beruntung karena bisa mendapat ilmu gratis langsung dari mastah Search Engine Optimization (SEO) dalam rangkaian From Zero to Hero.

3. Maret

Ternyata bulan Maret masih empuk untuk menyantap sajian seorang blogger. Kali ini, menikmati Cap Go Meh yang digelar di Pontianak. Memang manis rutinitas pelantun aksara, banyak hal yang dapat diikuti dan dibagikan kepada khalayak umum. Sebagai penikmat warung kopi, saya mengikuti opening sebuah warkop di Pontianak, EIS Coffee namanya, tempat unik dengan sajian istimewa.

Tidak putus di situ, kita adalah pengguna media sosial sampai-sampai medsos menjadi kebutuhan bagi banyak orang, karena mampu mendekatkan yang jauh. Namun sayang, kadang kemudahan ini malah disalahgunakan sehingga menjadi ladang empuk untuk menyebar kebohongan. Maka, agar terhindar dari hoaks, saya mengikuti kegiatan Kiat Menangkal Hoax dan Bijak Bersosmed.

Ternyata, aksara kembali menerbangkanku. Kali ini berkunjung ke Kayong Utara untuk membuat sebuah buku kisah sukses pendampingan masyarakat. Mereka yang dulunya adalah logger, kini berubah menjadi petani dan nelayan dan tidak membabat hutan lindung lagi atau Taman Nasional Gunung Palung. Selain menapaki kisah mereka, ada banyak bonus yang didapatkan, mulai dari mendaki Lubuk Baji, tempat wisata di Sukadana hingga berkeliling lima pulau di Tanjung Gunung.

4. April

Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pramoedya Ananta Toer. Kata yang masih relevan hingga saat ini. Siapapun yang membaca buku-bukunya Pram akan langsung jatuh hati. Itulah yang menyerangku, suka dan mencintai karya serta pemikiran Pram. Niat hati ingin berjumpa tapi apa daya kita beda dunia. Tapi, mungkin inilah keajaiban, meski tak bisa bertemu langsung dengan Pram, setidaknya dapat cerita dari adik kandung sekaligus sahabat Pram yakni Soesilo Toer. Dia juga adalah seorang penulis dan banyak bukunya yang mengulas Pram lebih dalam.

5. Mei

Bulan kelima di tahun 2018, sepertinya memang banyak kisah yang terlukis tapi memang tidak pernah dituliskan. Inilah mau di tempeleng kata seorang bapak tua, si nabi Unkonvensionil. Mei diawali dengan Voice Of Borneo, sebuah wadah apresiasi untuk komunitas dan pegiat seni di Pontianak. Menjadi panitia penyelenggara adalah tantangan baru karena belum pernah masuk dalam dunia seni tapi berkat kerjasama tim, perhelatan seminggu tersebut bisa diselesaikan dengan baik.

Dari VOB aku mengenal seorang penulis hebat nama penanya Naumi Putih. Dia juga sosok yang membuat aku rajin mengisi temanisa.web.id setiap hari karena ada challenge menulis selama satu bulan. 

Bulan mei juga mempertemukanku kembali dengan nabi Unkonvensionil, Martin Siregar. Sosok peot yang selalu recok kalau aku tak buat catatan harian. Aku iyakan saja, tapi jarang kukerjakan, sstttt, jangan bilang kepadanya karena aku bisa dilempar ke tong sampah.

Apa yang kita rasakan ketika datang ke tempat baru? Pasti penasaran dengan sesuatu yang unik, entah makanan atau kekayaan alam. Sama, aku juga merasakan tapi ada yang lebih menarik yakni kisah seorang anak dengan semangat kokoh melawan penyakit ganas dalam tubuhnya. Dialah Rizky, seorang penderita leukimia dari Padang Tikar tapi masih selalu tersenyum jujur menikmati berkat Tuhan setiap harinya.

Perjalanan ini dilanjutkan ke Batu Ampar, ceritanya aku dipercaya untuk mengajarkan membuat blog informasi desa di Kubu Raya. Setidaknya ada 10 desa binaan SAMPAN Kalimantan yang ikut dalam program tersebut. Perjalanan panjang terjadi, memang Kubu Raya itu selalu dibentangi dengan jalan yang rusak tapi memberikan pengalaman tak terlupakan. 

6. Juni

Dewasa ini ujaran kebencian seperti santapan lezat bagi kita, hampir setiap detik hadir menyirami aktivitas kita. Maka, harus kita lawan agar tidak menjadi virus mematikan di rumah yang kita sayangi ini. Beruntunglah, ada PUSAD Paramadina yang mengadakan kegiatan Anti Hasutan Kebencian sehingga kita bisa lebih paham cara menggunakan kontra narasi untuk meminimalisir hal negatif ini.

Bulan puasa jadi ajang paling nikmat untuk buka puasa bersama dan ini jadi kesempatan untuk kumpul angkatan setelah 5 tahun sama-sama menimba ilmu di rumah yang sama. Kami dari STREAMYSTIK akhirnya bisa berjumpa, bersenandung untuk membuka lembaran lama yang dirangkai untuk kisah lebih menarik.

Sebagai masyarakat yang majemuk, saya berkesempatan untuk berjumpa dan diskusi dengan teman-teman Ahamadiyah. Banyak cerita yang terukir bersama demi merajut keberagaman. 
Dan yang paling menyenangkan adalah bulan Juni menjadi saksi hadirnya Haox Crisis Center, wadah untuk lapor hoax dan pencegahan serta verifikasinya. Ini merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.

Baca selanjutnya : Cerita Part II

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)