Ada Apa dengan CMA x Mading Sekolah di Pontianak?

Isa Oktaviani
By -
6

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia -- Ir. Soekarno"

Bung Karno boleh saja berkata demikian pada saat itu. Akan tetapi, apa yang bisa dilakukan para pemuda untuk menggucangkan dunia? Di era serba digital sekarang ini, mungkin bisa saja kita tambah sedikit, misalnya seperti ini "beri aku 10GB kuota, niscaya akan kuguncangkan dunia maya dan dunia nyata"

Seluruh Panitia dan Pemateri CMA x Mading Sekolah
Percaya nggak percaya, banyak gerakan di dunia maya yang akhirnya berpengaruh pada perubahan dunia nyata. Misalnya gerakan berani bicara dari korban pelecehan seksual dengan #meetoo. Tak bisa dipungkiri, keberadaan serba digital ini sekarang melekat dengan keseharian kita. Karena itulah, hadir Creator Muda Academy (CMA) untuk menghadirkan generasi muda yang siap melahirkan karya terbaik mereka lewat mading sekolah.
Demi mewujudkan itu semua, telah dijaring ribuan peserta terdiri dari anak SMA dan SMK dari 10 Kota di Indonesia untuk belajar bersama dan berbuat untuk lingkungan sekitar dan Indonesia pada umumnya. Dan Pontianak menjadi salahsatu kota yang dikunjungi. Apa saja yang ada dalam kegiatan CMA x Mading Sekolah di Pontianak. Simak ulasannya berikut ini.

Ulasan CMA x Mading Sekolah di Pontianak

 

1. Diikuti oleh 10 Tim

Seperti yang telah dilaksanakan pada kota-kota sebelumnya, setiap tim dari berbagai sekolah akan mengirimkan karya mereka untuk diseleksi oleh penyelenggara. Setiap tim terdiri dari lima orang, yakni videografer, fotografer, desain grafis, serta bagian penulisan. Karya tersebut dikirim dalam paket utuh sesuai ketentuan yang ada. Dari semua pendaftar, kurang lebih ada 34 tim yang lolos untuk mengikuti kegiatan setengah hari dari CMA x Mading Sekolah. Namun, dari semua tim tersebut, hanya ada 10 tim yang berhasil lolos untuk mengikuti booth camp CMA x Mading Sekolah.

2. Menghadirkan Pemateri Expert

Acara ini digagas untuk mengasah kemampuan para pemuda khususnya anak SMA/SMK yang nanti akan jadi penerus bangsa ini untuk menghasilkan karya mereka, tujuannya tentu saja gerakan baik bagi lingkungan sekitar maupun lebih luas lagi. Maka dari itu, dalam CMA x Mading Sekolah ini, pemateri yang dihadirkan tidak tanggung-tanggung. Misal, untuk penulisan kreatif membawa peneliti langsung dari Maarif Institute yang memang sudah berkecimpung lama di bidangnya. Kemudian, untuk desain grafis, dihadirkan expert desain grafis dari Good News From Indonesia (GNFI) yang kita tahu karya mereka selalu inovatif. Sedangkan materi video, CMA x Mading Sekolah langsung memboyong Cameo Project yang dikenal sebagai kreator paling kreatif, tidak hanya soal ide tetapi juga cara mereka memproduksi video selalu menarik perhatian banyak orang.

SMA Santu Petrus

3. Buat Konten dalam Waktu Semalam

Setelah seharian menimba ilmu mulai dari penulisan, desain grafis, video dan foto akhirnya semua tim ditugaskan untuk membuat karya. Namun, mereka harus membuat sesuai dengan apa yang terjadi di sekolah masing-masing. Jadi, setiap tim harus merasakan kembali, apa yang terjadi di sekolah mereka sehingga kemudian bisa dinarasikan lewat tulisan, desain hingga audio visual yang tentu saja bisa memunculkan gerakan terutama di lingkungan sekolah itu. Namun, uniknya adalah mereka harus menyelesaikan satu paket lengkap itu hanya dalam waktu satu malam saja atau kurang dari dua puluh empat jam. 

4. Mading Talk

Untuk membuka ruang diskusi serta memperkuat pemahaman, juga dihadirkan sesi mading talk dengan dua pemateri yakni Khelmy Pribadi (Maarif Institute) yang membahas Ada Apa dengan Indonesia serta Yosi Mokalu (Cameo Project) yang membuka ruang berpikir, Anak Muda Bisa Apa? Dalam perbincangan ini, kita diajak memahami apa yang terjadi di Indonesia, dulu dan sekarang. Isu apa saja yang berkembang, misalnya soal perbedaan suku maupun agama, hoax hingga radikalisme. Kemudian, sebagai anak muda, apa yang dapat kita lakukan untuk bangsa ini.

Mading Talks

5. Tema Toleransi

Sebagai generasi muda yang akan melanjutkan keberlangsungan peradaban bangsa ini, anak muda adalah harapan bersama untuk membuat negeri ini jadi lebih baik. Apalagi, Indonesia yang luas ini dihuni oleh berbagai suku, agama, hingga karakter maka perlu ada sikap untuk bisa saling menghargai dan memiliki. Tema soal toleransi menjadi penting untuk diangkat dan dibicarakan bersama. Maka, setiap karya yang dihasilkan adalah berhubungan dengan toleransi. Harapannya tentu saja ada aksi yang terjadi setelah karya ini disebarluaskan kemudian diikuti oleh perbuatan. Isu yang diangkatpun menjadi sangat berwarna, ada soal sampah di sekolah, perbedaan suku dan agama, kebakaran hutan dan lahan, mampu saling menerima meski beda sifat, hingga kesetaraan gender.

Panitia Lokal CMA x Mading Sekolah

6. Peserta K2

Anak muda di Kalimantan Barat memang penuh dengan kreativitas. Maka tak salah kalau kita bilang mereka adalah anak-anak yang Kreatif dan Keren (K2). Buktinya, dalam kurun waktu hanya beberapa jam saja, semua tim mampu menampilkan karya terbaik mereka yang berhubungan dengan isu toleransi. Bahkan, ada karya yang kemudian langsung diaplikasikan misalnya dari kelompok SMAN 1 Pontianak yang mengangkat tema kesetaraan gender dan kemudian mengaungkan #kitasetara di sosial media. Kemudian, karya yang juga sangat bagus adalah dari SMA Santu Petrus, dengan mengangkat isu bahwa kita semua berharga, setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga kita wajib untuk saling menghargai. Seperti yang mereka katakan, Indonesia ini bagai nasi goreng, hanya akan enak apabila diracik dengan bumbu yang lengkap. Ide ini juga yang akhirnya mengantarkan mereka menjadi pemenang dari 9 tim lainnya.

Bersama kelompok Equator #kitasetara

7. Panitia Komsel

Kemudian, sayapun ingin menyoroti sedikit soal panitia karena acara takkan pernah ada tanpa kehadiran mereka. Meski tim ini bisa dianggap baru kenal beberapa saat bahkan pertemuan pertama ketika hari H kegiatan, tapi memang solidaritas hadir di antara mereka. Ini diakui oleh PIC acara, Mas Pipit. Dia mengakui kalau peserta bisa inisiatif untuk saling membantu. Jadi, boleh dong kalau kita bilang panitiannya Kompak Selalu (Komsel).

Jadi, sekurang-kurangnya itu yang dapat saya ulas. Tapi, kegiatan ini bukanlah akhir melainkan langkah awal untuk melahirkan karya-karya terbaik yang diikuti dengan aksi nyata.

Post a Comment

6Comments

Post a Comment